kali ini menceritakan pengalaman Sex dari seorang Pria Yang
bernama Romi. Berawal dari Romi yang mengintip pasangan pengantin baru yang
sedang bersetubuh, yaitu Mas Alex dan Mba’ Rika. Karena saat itu Romi melihat
Mba’ Rika tidak pernah puas dengan suaminya, maka Romi mengambil inisiatif
untuk memuaskan Mba’ Rika. Mau tahu kelanjutan ceritanya, Langsung aja yuk baca
dan simak baik baik cerita dewasa ini.
Cerita Dewasa Kupuaskan Pengantin Baru
Perkenalkan nama saya Romi, saya lelaki yang cukup dewasa
karena saya telah berusia 26 tahun. Keadaan saya sekarang adalah seorang
pekerja di salah satu perusahaan plastik. Disini saya akan menceritakan tentang
kisah sexs saya dengan istri tetangga kamar kontrakan-kan saya. Kisah ini
berawal dari sore itu, saya terbangun. Kulihat jam di dinding dikamarku
menunjukkan pukul 16.00 WIB.
Pada sore hari itu saya iseng-iseng untuk memanjat dinding
tembok pembatas kamarku, dan kamar sampingku yang ditempati oleh pasangan
pengantin baru, yaitu Mas Alex dan Mba’ Rika. Saat itu saya Cuma bermaksud
melihat aktivitas tetangga sebelahku melalui Fentilasi. Setelah saya lihat
ternyata mereka sedang tiduran sambil mengobrol di atas ranjang.
Saat itu saya mengawasi terus kegiatan mereka, saat itu
kulihat Mas Alex hanya memakai singlet, begitu juga Mba’ Rika yang hanya
memakai baju dalam. Mentang-mentang mereka pengantin baru didalam kamar hanya
memakai pakaian dalam saja. Saat itu saya berharap kepada meraka agar mereka segera
berhubungan sexs.hhe. tidak lama setelah itu, Mas Alex dan Mba’ Rika berbicara
sambil berpelukan.
Karena posisiku saat itu lumayan jauh dan hanya melihat dari
sela fetilasi, maka saya kurang bisa menangkap apa yang mereka bicarakan. Saat
itu sesekali Mba’ Rika tertawa, dan Beberapakali pula saya amati Mas Alex
meremas buah dada Mba’ Rika. Setelah sekian lama saya menunggu, pada akhirnya
yang saya harapkan terjadi juga.
Tiba-tiba Mas Alex membuka celana pendeknya dan memegang
tangan Mba’ Rika.
Lalu Mas Alex saat itu menyuruh Mba’ Rika memegang
kejantanan Mas Alex. Mba’ Rika kelihatannya menurut dan memasukan tangannya ke
dalam celana boxer Mas Alex, tetapi baru sebentar sudah ditariknya kembali,
tampaknya Mba’ Rika menolak. Yahhhh, baru disuruh gitu aja nggak mau, apalagi
kalau disuruh nyepongin, ucapku dalam hati kecewa.
Namun kekecewaanku terobati karena sejurus kemudian Mas Alex
tiba-tiba bangkit dari tempat tidur dan melepas celananya. Kini dia hanya berCD
(celana dalam) dan bersinglet. Kemudian Mas Alex-pun memeluk Mba’ Rika. Saya
tersenyum kegirangan, keinginanku untuk melihat keduanya bercinta tampaknya
akan terpenuhi
Tidak lama kemudian, Mas Alex-pun melepas pelukannya dan
Mba’ Mba’ Rika-pun mulai melepas celananya. Kini sama seperti suaminya, Mba’
Rika hanya bersinglet dan berCD (celana dalam). Kulihat pahanya, putih dan
mulus sekali.Kemudian mendadak Mas Alex mengeluarkan kejantanannya dari CD
(celana dalam)nya. Kecil sekali, dibandingkan punya saya, ucapku dalam hati
melihat kejantanan Mas Alex.
Mas Alex-pun langsung menghimpit Mba’ Rika, tampaknya Mas
Alex akan ber-penestrasi Mba’ Rika. Kulihat Mba’ Rika memelorotkan CD (celana
dalam)-nya hanya sampai sebatas paha saja. Sejurus kemudian saya melihat pelan
Mas Alex memasukkan kejantanannya ke dalam lubang kewanitaan Mba’ Rika yang
tertutup rambut kewanitaan.
Setelah kejantanan Mas Alex masuk keseluruhannya ke dalam
liang senggama Mba’ Rika, Mas Alex langsung memeluk Mba’ Rika sambil menciumnya
bertubu-tubi. Itu dilsayakan cukup lama.Saya sedikit keheranan kenapa Mas Alex
tidak melsayakan genjotan, tidak mendorong-dorong pinggulnya. Mas Alex hanya
diam memeluk Mba’ Rika.
Payah nih, ini pasti karena Mas Alex nggak tahan bermain
lama, nggak seperti saya ucapku dalam hati, tertawa, merasa unggul dari Mas
Alex. Disinilah saya mulai melihat adanya kesempatanku untuk turut melsayakan
tumpangsari pada Mba’ Rika.Ditambah lagi, kejadian itu hanya berlangsung sangat
singkat, sekitar 7 menit. Meskipun Mba’ Rika bisa mencapai klimaksnya, tetapi
Mas Alex terlalu cepat.
Saya me-nangkap kekecewaan di muka Mba’ Rika, meski Mba’
Rika berusaha tersenyum setelah permainan itu, tapi saya yakin ia tidak puas
dengan permainan Mas Alex. Dari hasil pengintaian saya kemarin, hal itu
membuatku mengambil kesimpulan, ada kemungkinan saya bisa menyetubuhi Mba’ Rika
dan merasakan nikmat tubuhnya, kalau perlu saya juga akan menanam benih di
rahim Mba’ Rika, Itulah tekadku.
Dari kejadian itu saya-pun mulai menyusun rencana. Kebetulan
Mas Alex itu belum bekerja, ada kesempatan bagiku untuk membuatnya berpisah
cukup lama dari Mba’ Rika. Apalagi saya punya kenalan yang bekerja di
perusahaan, namanya Totok.Siang ini saya menjumpai Totok di kantornya,
“ Hai Rom, apa kabar ? ”, tanya Totok sambil menjabat
tanganku.
“ Baik nih Tok ”, jawabku sambil ter-senyum.
“ Oh iya, duduk dulu deh Rom, biar enak kita ngobrolnya ”,
ucap Totok mempersilahkanku.
Setelah saya duduk di kursi kantornya yang empuk itu, saya
mulai mengajukan permintaan,
“ Tok, saya butuh bantuanmu ”, ucap saya.
“ Oh, itu semua bisa diatur, emang bantuan apa ni Rom ? ”,
tanya Totok.
“ Aku butuh pekerjaan nih Tok ”, ucapku.
“ Ouh kerjaan, itu gampang Rom, memangnya kamu ingin
diposisi apa dan minta gaji berapa ??? ”, tanya Totok.
“ Bukan buat aku maksudnya Tok, tapi ini untuk orang lain
”, terang saya.
“ Hmmm… memangnya untuk siapa ? ”, tanya Totok.
“ Untuk temanku, Mas Alex namanya Tok, kamu wawancarai,
tempatkan di mana saja kamu suka, nggak perlu tinggi-tinggi betul jabatannya ”,
terang saya.
“ Aneh...tapi jika itu maumu, yaa tidak apa-apa ”, jawabnya.
“ Yang penting kamu wawancarai dia cukup lama, dan kamu
wawancarnya kalau bisa diulang sampai beberapa kali gitu Tok ”, terangku pada
Totok.
“ Oke deh Rom, kalau itu semua kemauan kamu ”, jawab Totok
menuruti saya.
“ Tapi... nanti jadwal wawancara-nya saya yang tentuin ya
Tok, hhe… Gimana, bisakan Tok ??? ”, pintaku lagi pada Totok.
“ Ah, kamu ini ada-ada aja deh Rom, yaudah deh terserah kamu
aja deh Rom ”, ucap Totok mengiyakan kemauan saya.
Maka saat itu mulailah saya menyusun jadwal interview Mas
Alex, mulai lusa, hari rabu sampai jumat dari jam 07.00 sampai 10.00 pagi.Totok
menyetujuinya, kemudian saya permisi pulang. Dalam perjalanan pulang, hatiku
sangat senang, sudah terbayang nikmatnya tubuh Mba’ Rika itu. Sesampainya di
kos-kosanku, saya langsung bertemu dengan Mas Alex di tempat cuci,tampak Mas
Alex sedang menyuci bajunya.
“ Mas... saya ingin bicara sebentar ”, ucapku mulai membuka
percakapan.
Saat itu Mas Alex-pun menoleh dan menghentikan pekerjaannya,
“ Ada apa Rom ??? ”, tanya Mas Alex.
“ Begini nih Mas, saya dengar Mas Alex mencari pekerjaan,
kebetulan tadi saya ke tempat teman saya, dia perlu pegawai baru, dia-nya sih
malas menaruh iklan di koran, soalnya dia hanya butuh satu orang ”, ucapku
panjang lebar menjelaskan.
Saat itu saya sedikit berdebar-debar karena menunggu
tanggapan Mas Alex. Setelah beberapa saat Mas Alex kulihat terdiam, merenung,
lalu
“ Hmmm... saya pikir dulu, sebelumnya terima kasih ya Rom
”,ucap Mas Alex.
“ Ya Mas sama-sama… ”, ucapku dengan senyuman.
Saat itu dalam hatiku, saya berpikir habislah sudah
kesempatanku, tapi setelah di dalam kamar, sekitar 1 jam kemudian saya yang
tertidur, terbangun oleh ketukan di pintu. Saya lalu bangun, mengucek-ngucek
mata saya, melihat dari jendela. Tampak Mas Alex berdiri menunggu. Saya-pun
cepat-cepat membuka pintu.
“ Wah... sedang tidur ya, kalau gitu nanti saja deh ”,ucap
mas Mas Alex akan pergi lagi.
“ Enggak kog Mas, saya sudah bangun nih ”, ucapku berusaha
mencegah Mas Alex pergi.
“ Gangguin tidur kamu nggak ? ”, tanya Mas Alex.
“ Ndak... masuk saja Mas ”, ucapku mempersilahkan.
Setelah kami berdua duduk di karpet kamarku, lalu…
“ Begini, ini soal lamaran kerja yang kamu bilang itu,
tempatnya di mana sih ? ”, tanya Mas Alex.
“ Ooo...itu di Kaliurang km 10 nomor 17, nama perusahaannya
PT. A, nggak jauh kok Mas ”, terangku.
“ Syaratnya apa aja ya Rom kira-kira ? ”, tanya Mas Alex.
“ Saya kurang tau juga tuh, Mas Alex pergi saja ke sana.
temui teman saya, Totok, katakan Mas butuh pekerjaan ”, tahunya dari Romi.
“ Wah...kok rasanya kurang enak ya, seperti nepotisme saja…
”, Mas Alex sepertinya keberatan.
“ Enggak... nggak... kog, perusahaan-nya besar, Mas ke sana
juga belum tentu diterima, Mas tetap melalui tes dulu ”, ucapku meyakinkan Mas
Alex.
“ Hmmm...baiklah, saya coba dulu deh Rom, jam berapa ya ke
sana ? ”, ucap Mas Alex.
“ Sekitar jam kerja saja baiknya, jam 07.00 pagi saja Mas ”,
ucapku menyarankan.
Mas Alex hanya mengangguk tersenyum, lalu permisi seraya tak
lupa berterima kasih kepadsaya. Saya hanya tersenyum, berarti selangkah lagi
keinginanku tercapai. Hari ini selasa, sesuai pre-diksiku, Mas Alex pagi-pagi
sudah berangkat, dan sekitar jam 11.00 siang baru pulang.Saya menuju ke
kamarnya, lalu mengetuk pintu,
“ Assalamualaikum ”, saya memberi salam.
Waalaikumussalam, terdengar jawaban Mas Alex dari dalam kamarnya.Lama
baru pintu dibuka, dan Mas Alex mempersilahkanku untuk masuk. Kulihat di dalam
kamarnya, istrinya tengah duduk di pinggir tempat tidur dengan me-makai jilbab
putih, tersenyum pada saya. Mba’ Rika tampak cantik sekali.
“ Bagaimana Mas, tadi ? ”, tanya saya.
“ Oh...nanti saya disuruh ke sana lagi, besok untuk
interview Rom ”, ucap mas Alex.
“ Alhamdulillah, saya doakan supaya keterima ya Mas ”,
ucapku berbasa-basi.
“ Terima kasih ya Rom ”, ucapnya.
Setelah berbasa - basi cukup lama, saya pun permisi,
“ Eehh...nanti dulu, kamu khan belum minum ”,ucap Mas Alex
berusaha mencegahku.
“ Ayo Mah buatkan air minumnya dong ”, perintah Mas Alex
me-nyuruh istrinya.
Saya menolak dengan halus,
“ Ah nggak usah Mas, saya sebentar aja kog, soalnya saya ada
urusan ”, ucapku berpura-pura.
“ Oh baiklah kalau begitu, sekali lagi terima kasih ya ”,
ucap Mas Alex.
Saya tersenyum mengangguk, kulihat Mba’ Rika tidak jadi
membuat minuman. Saya pun pergi ke ka-marku, riang karena sebentar lagi adikku
akan bersarang dan menemukan pasangannya.
Hari ini rabu, Mas Alex sudah berangkat dan meninggalkan
Mba’ Rika sendirian dikamarnya. Rencana mulai kulaksanakan. Saya membongkar
beberapa koleksi kaset pornoku, memilih salah satunya yang saya anggap paling
bagus, kaset porno dari Indonesia sendiri, lalu membungkusnya dengan kertas
merah jambu.Kemudian sambil membawa bungkusan Kaset itu, saya menuju ke kamar
tetangga saya, mengetuk pintu,
“ Assalamualaikum, saya mem-beri salam. Lama baru terdengar
jawaban,
“ Waalaikumsalam ”, sahut Mba’ Rika dari dalam kamar itu.
Tidak lama pintunya-pun terbuka, kulihat Mba’ Rika
melongokkan kepalanya yang berjilbab itu dari celah pintu,
“ Ada apa ya ? ”, tanya-nya.
“ Ini ada hadiah dari saya, saya mau memberikan kemarin
tetapi lupa ucapku sambil menunjukkan bungkusan Kaset itu ”, ucapku.
“ Oh, baiklah ”, ucap Mba’ Rika sambil bermaksud mengambil
bungkusan di tanganku itu.
“ Eee...tunggu dulu Mba’, ini isinya Kaset, saya mau lihat
apa bisa muter nggak di komputernya Mas Alex ”, ucapku mengarang alasan.
Sedikit keberatan kelihatannya, akhirnya Mba’ Rika
mempersilahkanku untuk masuk, saya yakin dia juga kurang ngerti tentang
komputer. Di dalam kamar, saya menghidupkan komputer dan mengoperasikan program
dvd playernya, lalu kumasukkan kaset-ku itu dan kujalankan. Sesuai dugaanku
Kaset itu berjalan bagus.
“ Mba’ pingin nonton ? ”, tanya saya sambil melihat Mba’
Rika yang sedari tadi duduk di belakang memperhatikanku.
“ Film apa sih ? ”, tanya Mba’ Rika kepada saya.
Pokoknya bagus deh Mba’ filmnya ”, ucapku.
Kemudian memberikan pe-tunjuk bagi Mba’ Rika , bagaimana
cara menghentikan player dan mematikan komputernya. Mba’ Rika hanya mengangguk,
lalu kupermisi untuk pergi mumpung filmnya belum masuk ke bagian intinya. Pintu
kamar tetangga saya itu-pun kembali ditutup, saya bergegas ke kamarku, mau
mengintip apa yang dilsayakan Mba’ Rika.
Setelah di kamarku. melalui Fentilasi kulihat Mba’ Rika
menonton di depan komputer. Dia tampaknya kaget begitu melihat adegan porno
langsung hadir di layar monitor komputer itu. Dengan cemas saya menantikan
reaksinya. Menit demi menit berlalu hingga sudah 15 menit kulihat Mba’ Rika
masih tetap menonton. Saya senang berarti Mba’ Rika menyukainya.
Lalu terjadi sesuatu yang lebih dari saya harapkan, tangan
Mba’ Rika saat itu mulai masuk ke dalam dalam roknya, dan bergerak-gerak di
dalam rok itu.
“ Ssssss... Oughhhh... Aghhhhh… ”, desahnya mulai terdengar.
Suara Mba’ Rika mendesah-desah , tampaknya
merasakan kenikmatan.Saya kaget, Wah, hebat ternyata ber-masturbasi ucapku dalam
hati. Rasanya saat itu saya ingin segera masuk ke kamar Mba’ Rika, kemudian
memeluk dan langsung menyetubuhinya. Saat itu masih hanya angan-angan, tapi
saya sadar, ini perlu proses dan hal ini tidak semudah seperti yang saya
katakan tadi.
Akhirnya saya memutuskan untuk tetap mengintip, dan
berinisiatif mengukur kemampuanku. Sayapun mulai melsayakan onani dengan
memain-mainkan kejantananku. Film di komputer itu terus berjalan, kira-kira
hampir 1jam lamanya, pertanda film itu akan habis dan Mba’ Rika kulihat sudah
empat kali klimaks, luar biasa.
Dan ketika filmnya berakhir, Mba’ Rika ternyata masih
me-neruskan masturbasinya hingga menggenapi klimaksnya menjadi lima kali.
“ Aghhhhhh... ”, Mba’ Rika terpekik pelan menandai
klimaksnya.
Sesaat setelah klimaks Mba’ Rika yang kelima saya-pun
ejakulasi.
“ Oughhhhh... ”, suara berat-ku mengiringi luapan air mani
di tanganku.
Saya senang sekali, berarti saya lebih tangguh dari Mas Alex
dan bisa memuaskan Mba’ Rika nantinya karena bisa klimaks dan ejakulasi
bersamaan.Kemudian Mba’ Rika sesuai petunjukku, kulihat mengeluarkan Kasetnya
dan mematikan komputer. Setelah siang hari, Mas Alex baru pulang. Sedikit
berdebar-debar saya menunggu perkembangan di kamar tetangga saya itu.
Saya takut kalau Mba’ Rika ngomong macam- macam soal
Kaset itu, bisa berabe saya. Tetapi kelihatannya tak terjadi apa-apa. Kembali
saya mengintip lewat Fentilasi, apa yang terjadi di sebelah. Begitu saya mulai
mengintip, saya kaget ! Karena kulihat Mba’ Rika dalam keadaan hampir bugil.
Saat itu Mba’ Rika hanya memakai CD (celana dalam) dihimpit oleh Mas Alex.
Lalu mereka-pun mulai bersetubuh. Namun seperti yang
dulu-dulu, permainan itu hanya berlangsung sebentar dan tampaknya Mba’ Rika
kelihatan tidak menikmati dan tidak bisa mencapai klimaks. Bahkan saya melihat
Mba’ Rika seringkali kesakitan ketika penetrasi atau ketika buah dadanya
diremas. Bagaimanapun saya senang, langkah kedua saya berhasil.
Hal itu membuat Mba’ Rika tidak bisalagi mencapai klimaks
dengan Mas Alex. Prediksiku, Mba’ Rika akan sangat tergantung pada Kaset itu
untuk kepuasan klimaksnya, sedangkan cara menghidupkan Kaset itu hanya saya
yang tahu, disinilah kesempatanku. Hari Kamis, pukul 09.00 pagi, saya bangun
dari tidur, mempersiapkan segala sesuatunya.
Kebetulan saat itu hari cuti bersama diperusahaan saya, pas
sekalikan para pembaca. Hari ini bisa jadi saat yang sangat bersejarah bagiku.
Kemarin saya telah mengintip Mba’ Rika dan Mas Alex seharian, mereka kemarin
ber-setubuh hanya 2 kali, itupun berlangsung sangat cepat, dan yang penting
bagiku, Mba’ Rika tidak bisa klimaks.
Malam kemarin saya juga sudah bersiap-siap dengan minum
segelas jamu kuat, yang bisa menambah kualitas sperma saya.
Pada pagi hari itu, setelah saya mandi, saya berpakaian
sebaik mungkin, parfum beraroma melati kuusapkan ke seluruh tubuhku, rambutku
juga sudah disisir rapi. Lalu dengan langkah pasti saya melangkah ke tetangga
sebelahku, Mba’ Rika yang sedang sendirian. Kembali saya mengetuk pintu
kamarnya pelan,
“ Selamat pagi Mba’ ”, ucapku msembari mengetuk pintu Mba’
Rika.
“ Iya, siapa yah ”, suara lembut Mba’ Rika menyahut dari
dalam kamar.
Mba’ Rika-pun membuka pintu, kali ini dia berdiri di depan
pintunya, tidak seperti kemarin yang hanya melongokkan kepala dari celah pintu
yang se'dikit terbuka. Saat itu dia memakai jilbab biru dengan motif renda,
terlihat sangat manis sekali,
“ Oh kamu Rom, kenapa lagi Rom kamu kesini ??? ”, tanya
Mba’Rika.
“ Gini Mba’, saya kemarin lupa memberitahukan cara
mengeluarkan kaset yang kemarin Mba’ ”, ucapku sambil tersenyum.
Tiba-tiba raut muka Mba’ Rika menjadi sangat serius,dan
berkata
“ Kamu bener-bener kurang ajar ya Rom, masa kamu muterin
Kaset porno pada Mba’ ”, kata Mba’ Rika sedikit keras.
Saat itu saya terkaget, ternyata dia marah. Lalu saat itu
juga saya cepat mengarang alasan,
“ Wah… maaf Mba’, kaset itu adalah hadiah dari teman saya
Mba’, setahu saya isi kaset itu adalah film humor, maafin saya ya Mba’,
kasetnya tertukar, yaudah saya ambil lagi ya Mba’ kasetnya, sekali lagi maafkan
saya ya Mba’ ”, ucapku.
Saat itu Mba’ Rika tidak menjawab, lalu dia masuk ke dalam
kamarnya. Saat itu dia tampak kecewa, saya senang berarti dia takut kehilangan
Kaset itu. Lalu saya-pun masuk ke kamarnya melalui pintu yang sedari tadi
terbuka. Mba’ Rika kaget, melihatku mengikuti langkahnya,
“ Eeeh... kamu kok ikut masuk juga ??? ”, ucap Mba’ Rika.
Saat itu sambil menutup pintu kamar Mba’ Rika, dengan tenang
saya menjawab,
“ Ahhh... Mba’ jangan munafiklah, toh Mba’ juga menyukai
kaset porno itu, saya lihat Mba’ sampai masturbasi segala ”, ucapku dengan
tegas.
“ Kurang ajar kamu ya Rom, keluar nggak kamu !!! Kalau tidak
saya akan berteriak ”, gertak Mba’ Rika.
“ Mba’ jangan marah dulu, coba Mba’ pikirkan lagi, sejak
menonton Kaset itu, Mba’ tidak bisa lagi klimaks dengan Mas Alex khan ”, ucapku
sembari merebut kaset itu dan mematahkannya. Seketika itu Mba’ Rika terkejut,
“ Ka… kamu... ”.
Belum sempat dia menyelesaikan kata-katanya, saya
memotongnya,
“ Saya bersedia memberikan kepuasan kepada Mba’ Rika, saya
jamin Mba’ Rika bisa klimaks bila main dengan saya ”, rayuku.
“ Kurang ajar, Keluar kamu !!! ”, gertaknya lagi.
“ Oh tidak bisa, tidak segampang itu Mba’ mengusir saya,
ayolah Mba’ Rika jangan marah !!! pikirkan dulu, saya satu-satunya kesempatan,
bila Mba’ Rika tidak memakai saya, seumur-umur Mba’ Rika nggak akan pernah
mencapai klimaks lagi ”, ucap saya terus menghasutnya.
Saat itu Mba’ Rika terdiam sebentar, saya senang dan
berpikir dia mulai termakan rayuanku, namun,
“ sekali tidak ya tidak, kamu ngerti nggks sih ??? keluar
kamu !!!! ucap Mba’ Rika membentak saya lagi.
Sebenarnya saat itu saya mulai takut dan gemetar, tapi saat
itu sudah terlanjur basah, maka saya terus berusaha untuk merayu Mba’Rika dan
berkata,
“ Sebaiknya Mba’ pikirkan lagi, di sini cuma saya yang
mengajukan diri memuaskan Mba’, saya satu-satunya kesempatan Mba’, kalau Mba’
tidak mengambil kesempatan ini, Mba’ akan menyesal seumur hidup… ”, ucapku
sedikit tegas.
Lama kulihat Mba’ Rika terdiam, bahkan dia kini terduduk
lemas di samping ranjangnya. Saya pura-pura mengalah,
“ Ya udahlah, jika Mba’ tidak mau, saya pergi saja, saya itu
cuma kasihan ngelihat Mba’ ”, ucapku sambil beranjak pergi.
Tetapi kulihat Mba’ Rika hanya diam terduduk di ranjangnya,
saya membatalkan niatku, pintu yang telah terbuka kini kututup lagi dan kukunci
dari dalam. Perlahan saya mendekati Mba’ Rika, kulihat dia menangis,
“ Mba’, jangan menangis gitu dong, tidak ada maksud saya
sedikitpun menyakiti Mba’, ucapku sambil mulai menyeka air matanya dengan
tanganku.
Lalu pelan-pelan kupegang pundak Mba’ Rika dan kudorong
pelan dia agar berbaring di ranjang. Ternyata Mba’ Rika hanya menurut saja,
saya senang sekali saat itu, ternyata rayuanku berhasil meruntuhkan
pendiriannya.Kemudian saya mulai membuka resleting celana panjangnya, saat itu
dia tampaknya inign menolak, namun saat itu saya dengan santai menepis tangannya.
Saya-pun melanjutkan aksi saya dengan memasukkan tanganku ke
dalam celana Mba’ Rika. Tanganku masuk kedalam CD (celana dalam)nya, lalu
langsung jariku menuju ke tengah lubang birahinya. Saya sudah terburu nafsu,
mencucuk-cucukkan jemariku ke dalam lubangitu berkali-kali.
“ Aghhhhh... Ssss… Aghhhhhhh ”,desahan Mba’ Rika mengiringi
setiap aksi jemariku.
Saya ingin membuatnya terang-sang dan mencapai klimaks. Lalu
dengan cepat kutarikcelana pan-jang dan kolornya, sehingga terlihatlah pahanya
yang putih dan mulus, saya langsung mencium paha mulus itu bertubi-tubi,
menjilat paha putih Mba’ Rika dengan merata. Sayapun mengincar klitoris Mba’
Rika yang tersembul ke luar dari bagian atas liang senggama-nya.
Tanpa buang waktu saya langsung mengkulum klitoris itu di
dalam mulutku,
“ Eummm... sruppp… eummmm... sruppp… sruppp ”, suara lidahku
menari-nari di di klitoris-nya, ssembari sesekali kugigit pelan-pelan klitoris
Mba’Rika.
“ Aghhhh... Oughhhhh... Sssssss… Rom… Aghhhhhh ”, desah Mba’
Rika mulai terdengar.
Saat itu tanganku semakin kupercepat menusuk liang senggama
Mba’ Rika dan lidahku makin menggila menari-nari di atas klitorisnya itu.
Perlahan kubimbing Mba’ Rika mencapai puncaknya, hingga akhirnya...
“ Oughhhhhhhhhhhhhhh…. ”, terdengar pekikan pelan Mba’ Rika
mengiringi klimaksnya.
Pada saat itu saya melihat jemari tanganku sudah basah, hal
itu bukan karena liurku melainkan karena lendir kawin Mba’ Rika yang telah
basah. Saya mencium kewanitaan itu, tercium bau khas cairan kewanitaan wanita
yang klimaks. Saya tersenyum, hatiku senang karena bisa membawa Mba’ Rika
mencapai klimaksnya.
Tetapi saya tidak berhenti sampai di situ saja.
Setelah memelankan permainan jariku di liang senggama-nya,
kini permainan jari saya-pun kembali kupercepat. Terdengar desahan Mba’ Rika,
“ Aghhhh... Oughhhh... yeaah... ”, Mba’ Rika mulai meracau.
Sementara tangan kiriku beroperasi di kewanitaan Mba’ Rika,
tangan kananku mulai meremas blus Mba’ Rika, dengan cepat tangan kananku
merobek blus itu dan menarik kutangnya hingga menyembullah buah dada Mba’ Rika
yang indah membukit.Kemudian saya menghisap kedua puting itu sambil tangan
kananku meremas buah dada Mba’ Rika bergantian,
“ Slurrpp... slrrrrpp... .slluuurpp ”, suara hisapan saya
pada puting Mba’ Rika.
Dan saat itu-pun desahan Mba’ Rika mulai terdengar di telinga
saya,
“ Ughhhh… Aghhhh... terus... Rom… terusin... Sssss… ”,
ucapnya.
Saat itu dengan tangan kiriku tetap beraksi di kewanitaan
Mba’ Rika. Kini mulutku mulai merangkak maju menuju bibir Mba’ Rika yang
mendesah-desah, begitu wajah kami bertatapan, kulumat bibir mungil itu
dalam-dalam, Mba’ Rika sedikit kaget,
“ Oughhhh... eummm... slurpppp ”,
Saat itu Mba’ Rika tidak bisa lagi bersuara, karena bibirnya
telah kulumat, dan lidahnya kini-pun bertemu dengan lidahku yang mulai
menari-nari didalam mulutnya. Saat itu saya memang berusaha membimbing Mba’
Rika agar klimaks untuk kedua kalinya. Agar di saat klimaksnya itu saya bisa
memasukan kejantananku, mempenetrasi kewanitaannya.
Karena saya sadar penetrasi itu akan sangat sakit karena
ukuran kejantananku lebih besar dari punya Mas Alex yang biasa masuk.Sambil
mencium dan merang-sang liang senggama Mba’ Rika, tangan kananku mulai melepas
celana panjangku dan boxer, lalu melemparkannya ke lantai. Tangan kananku
mengelus - elus Torpedoku yang terasa mulai mengeras.
Setelah sekian lama, pada akhirnya Mba’ Rika mencapai
klimaksnya untuk yang kedua kali,
“ Oughhhhh... Ssssssssssssssss…. Enak Rom… Aghhhhhhh ”,
desah Mba’ Rika.
Mba’ Rika mengerang, tetapi belum selesai erangannya, saya
langsung menusukkan kejantananku pelan-pelan ke dalam kewanitaannya.
“ Ughhhh… Ssss… Aghhhhh…”, suara Mba’ Rika terpekik.
Saat itu diiringi dengan atanya sayup-sayup menatap syahdu
ke arahku, saya tersenyum.Sayapun mengambil posisi duduk dan mengangkangkan
kedua paha Mba’ Rika dengan kedua tanganku, lalu kulsayakan penetrasi Torpedoku
pelan-pelan lama kelamaan menjadi semakin cepat.
“ Clepppp… Slerppp... Pyekkk… Pyekkk… Pyekkk… ”, suara
kewanitaan yang mulai basah karena kejantananku mulai terdengar.
Lalu Mba’ Rikapun berkata,
“ Oughhhhh... yeaaah... terus Rom, Oughhh… Sssss… Aghhhh… ”,
racau Mba’ Rika mulai tidak terkendali.
Saat itu sayapun semakin mempercepat genjotan, kini kedua
kakinya saya sandarkan di pundakku, dengan posisi pinggul Mba’ Rika sedikit
kuangkat lalu saya-pun terus mendorong pinggulku berulang-ulang. Sementara
dengan sekali sentakan kulepaskan jilbabnya, tampaklah rambut hitam sebahu
milik Mba’ Rika yang indah, sambil menggenjot saya membelai rambut hitam itu.
“ Oughhhh... Oughhhhh... Ssss… aghhhh… ”, desah kami saling
beriringan.
Suara desahanku dan Mba’ Rika terus terdengar bergantian seperti
irama musik alam yang indah.Setelah lama, saya mengubah posisi Mba’ Rika,
badannya kutarik sehingga kini dia ada di pangkuanku dan kami duduk
berhadap-hadapan, sementara kejantananku dan kewanitaannya masih menyatu.
Tanganku memegang pinggul Mba’ Rika, membantunya badannya untuk naik turun.
Kepala saya kini dihadapkan pada dua buah dada montok yang
segar dan berayun-ayun akibat gerakan kami berdua. Saat itu saya-pun langsung
membenamkan kepala saya ke dalam kedua buah dada itu, menjilatnya dan
menciumnya be-gantian.Tak kusangka genjotanku membuahkan hasil, tak lama... .
“ Ughhhh… Ssss… Oughhhhh... ”, desah Mba’’ Rika.
Desahan panjang Mba’ Rika itu pertanda bahwa Mba’ Rika telah
klimaks, saat itu kepalanya mendongak menatap langit-langit kamarnya saat. Saya
senang sekali, kemudian kupelankan genjotanku dan akhirya kuhentikan sesaat.
Lama kami saling bertatap-tatapan, saya lalu mencium mesra bibir Mba’ Rika dan
Mba’ Rika juga menyambut ciumanku.
Saat itu kami-pun saling berciuman dengan mesra, sungguh
nikmatnya. Tidak lama saya-pun menghentikan ciumanku, saya kaget, Mba’ Rika
ternyata menangis, lalu aku bertanya,
“ Kenapa Mba’ Rika ? saya menyakiti Mba’ ya ??? ”, tanya
saya lembut penuh sesal.
Dengan masih terisak karena menangis, Mba’ Rika menjawab,
“ Nggak kog Rom, kamu justru telah membuat Mba’ bahagia,
sebelumnya Mba’ belum pernah merasakan kebahagian seperti bersama suami Mba’”,
ucapnya.
Kami berdua tersenyum, ke-mudian pelan saya baringkan Mba’
Rika. Perlahan saya mengencangkan penetrasiku kembali.Sambil meremas kedua
payu-daranya, saya membolak-balikkan badan Mba’ Rika ke kiri dan ke kanan. Kami
berdua mendesah bergantian,
“ Aghhhh... Aghhhh... Aghhhh… ”, desahku.
“ Oughhhh... Oughhhhh... Ssss… aghhhh… ”, desah Mba’ Rika .
Sampai pada akhirnya saya mulai merasakan urat-uratku
menegang dan cairan kejantananku seperti berada di ujung, siap untuk
meledak.Saya ingin melsayakannya ber-sama dengan Mba’ Rika. Untuk itu saya
memeluk Mba’ Rika, menciumi bibirnya dan membelai rambutnya pelan. Usaha saya
berhasil karena perlahan Mba’ Rika kembali terang-sang, bahkan terlalu
cepat.Dalam pelukanku kubisikkan ke telinga Mba’ Rika,
“ Ughhhh…Tahan... tahan... Mba’, kita keluarkan bersama-sama
ya Mba’, Ssss… Aghhhhh… ”, ucap saya menahan Mba’ Rika.
“ Oughhhh...Ssss... saya udah tidak tahan lagi Rom…
Oughhhh…”, ucap Mba’ Rika, sembari mendesah.
Saat itu saya melihat matanya terpejam kuat menahan
klimaksnya.
“ Pelan - pelan saja Mba’, kita lsayakan serentak ”, ucapku
berbisik sembari kupelankan ayunan torpedoku.
Pada Akhirnya yang kuinginkan terjadi, urat-urat syarafku
menegang, kejantananku makin mengeras. Lalu sekuat tenaga saya mendorong
pinggulku berulang-ulang dengan cepat.
“ Ouhhhh... Ssss... Aghhh… ”, Desah Mba’ Rika.
Kepalanya tersentak-sentak karena dorongan kejantananku,
“ Lepaskan... lepaskan... Mba’, sekarang !!! suarsaya
mengiringi desahan Mba’ Rika.
Sketika itu Mba’ Rika-pun menuruti saranku, diapun akhirnya
melepaskan klimaksnya,
“ Ouhhhhhhhhhh... Ssss... Aghhhhh... … ”, desah Mba’ Rika.
suara berat menandakan ejakulasiku, mengiringi klimaks Mba’
Rika. Saat itu saya-pun memeluk erat ketika dia mendapatkan ejakulasi-nya.
Setelah permainan sexs itu, masih dalam keadaan bugil saya terkapar di samping
Mba’ Rika yang juga telanjang. Mba’ Rika memelukku dan mencium pipiku
berkali-kali sembari membisikkan sesuatu ke telingsaya.
“ Makasih ya Rom, saya puas sekali dengan permainan sexsmu…
”, bisik Mba’ Rika puas kepada saya.
Saat itu Mba’ Rika saya lihat senang, kemudian dia memeluk
tubuhku dengan erat, sembari menyandarkan kepalanya di atas dadsaya. Dalam
hatiku saya merasakan senang, gembira, tapi juga sedih. Saya sedih dan menyesal
melsayakan ini dengan Mba’ Rika, saya takut dia tidak akan pernah lagi mencapai
klimaks selain dengan diriku, ini berarti saya menyengsarakan Mba’ Rika.
0 komentar:
Posting Komentar