Senin, 17 Oktober 2016

Karena Foto Bugil Ku Dapat Menikmati 2 tante

Karena Foto Bugil Ku Dapat Menikmati 2 tante – Ketika Pada suatu hari ketika aku ke villa pamanku, aku menemukan sebuah album foto di kamar Tante Yani, yang ternyata berisi foto bugil Tante-Tanteku. Kubolak balik foto-foto tersebut yang menampakkan tubuh-tubuh telanjang Tante-Tanteku, walaupun ada yang ssudah berumur diatas 40 tahun seperti Tante Endang dan Tante Rani tapi tubuh mereka tidak kalah dengan keempat istri muda yang lain.


                                                     Karena Foto Bugil Ku Dapat Menikmati 2 tante

Aku telepon rumah Tante Endang dan Tante Rina. Aku minta mereka untuk menemuiku di villa keluarga. Aku sendiri lalu bersiap untuk pergi ke sana. Sampai disana kuminta penjaga villa untuk pulang kampung. Tak lama kemudian Tante Endang dan Tante Rina sampai. Kuminta mereka masuk ke ruang tamu.

“Ada apa sih Anto?” tanya Tante Endang yang mengenakan kaos lengan panjang dengan celana jeans.
“Duduk dulu Tante,” jawabku.
“Iya ada apa sih?” tanya Tante Rina yang mengenakan Kemeja you can see dengan rok panjang.
“Saya mau tanya sama Tante berdua, ini milik siapa?”, kataku sambil mengeluarkan sebuah bungkusan yang di dalamnya berisi setumpuk foto. Tante Endang lalu melihat foto apa yang ditunjukkan olehnya.
“Darimana kamu dapatkan foto-foto ini?” tanya Tante Endang panik mendapatkan foto-foto telanjang dirinya.
“Anto.. apa-apaan ini, darimana barang ini?” tanya Tante Rina dengan tegang.
“Hhhmm.. begini Tante Endang, waktu itu saya kebetulan lagi bersih-bersih, pas kebetulan dikamar Tante Yani saya lihat kok ada foto-foto telanjang tubuh Tante-Tante yang aduhai itu,” jawabku sambil tersenyum.

“Baik.. kalau gitu serahkan klisenya?” Kata Tante Rina.
“Baik tapi ada syaratnya lho,” jawabku.
“Katakan apa syaratnya dan kita selesaikan ini baik-baik,” kata Tante Endang dengan ketus.
“Iya Anto, tolong katakan apa yang kamu minta, asal kamu kembalikan klisenya,” tambah Tante Rina memohon.
“Ooo.. nggak, nggak, saya nggak minta apa-apa, Cuma saya ingin melihat langsung Tante telanjang,” kataku.
“Jangan kurang ajar kamu!” kata Tante Endang dan Tante Rina dengan marah dan menundingnya. “Wah.. wah.. jangan galak gitu dong Tante, saya kan nggak sengaja, justru Tante-Tante sendiri yang ceroboh kan,” jawabku sambil menggeser dudukku lebih dekat lagi.
“Bagaimana Tante?”
“Hei.. jangan kurang ajar, keterlaluan!!” bentak Tante Rina sambil menepis tanganku.
“Bangsat.. berani sekali, kamu kira siapa kami hah.. dasar orang kampung!!” Tante Endang menghardik dengan marah dan melemparkan setumpuk foto itu ke wajahku.
“Hehehe.. ayolah Tante, coba bayangkan, gimana kalo foto-foto itu diterima paman di kantor, wah bisa- bisa Tante semua jadi terkenal deh!!” kataku lagi.

Kulihat kananku Tante Endang tertegun diam, kurasa dia merasakan hal yang kuucapkan tadi. Kenapa harus kami yang tanggung jawab,
“Tante-Tantemu yang lain kok tidak?” tanya Tante Endang lemas.
“Oh, nanti juga mereka akan dapat giliran,” jawabku.
“Bagaimana Tante? Apa ssudah berubah pikiran?”
“Baiklah, tapi kamu hanya melihat saja kan?” tanya Tante Rina.
“Iya, dan kalau boleh sekalian memegangnya?” jawabku.
“Kamu jangan macam-macam Anto, hardik Tante Endang.”
“Biarlah Mbakyu, daripada ketahuan,” jawab Tante Rina sambil berdiri dan mulai melepas pakaiannya, diikuti Tante Endang sambil merengut marah.

Hingga tampak kedua Tanteku itu telanjang bulat dihadapanku. Tante Endang walau ssudah berusia 45 tahun tapi tubuhnya masih montok, dengan kulit kuning langsat dan sedikit gemuk dengan kedua payudaranya yang besar menggantung bergoyang-goyang dengan puting susunya juga besar. Turun kebawah tampak pinggulnya yang lebar serta bulu hitam di selangkangan amat lebat.

Tidak kalah dengan tubuh Tante Rina yang berusia 37 tahun dengan tubuh langsing berwarna kuning langsat, serta payudaranya yang tidak begitu besar tapi nampak kenyal dengan puting yang sedkit naik keatas. Pinggulnya juga kecil serta bulu kemaluannya di selangkangan baru dipotong pendek.
“Ssudah Anto?” tanya Tante Endang sambil mulai memakai bajunya kembali.
“Eh, belum Tante, kan tadi boleh pegang sekalian, lagian saya belum lihat vagina Tante berdua dengan jelas,” jawabku.
“Kurang ajar kamu,” kata Tante Rina setengah berteriak.
“Ya sudah kalo nggak boleh kukirim foto Tante berdua nih?” jawabku.
“Baiklah,” balas Tante Endang ketus,
“Apalagi yang mesti kami lakukan?”
“Coba Tante berdua duduk di sofa ini,” kataku.
“Dan buka lebar-lebar paha Tante berdua,” kataku ketika mereka mulai duduk.
“Begini Anto, Cepat ya,” balas Tante Rina sambil membuka lebar kedua pahanya.
Hingga tampak vaginanya yang berwarna kemerahan.
“Tante Endang juga dong, rambutnya lebat sih, nggak kelihatan nih,” kataku sambil jongkok diantara mereka berdua.

“Beginikan,” jawab Tante Endang yang juga mulai membuka lebar kedua pahanya dan tangannya menyibakkan rambut kemaluannya kesamping hingga tampak vaginanya yang kecoklatan.
“Anto pegang sebentar ya?” kataku sambil tangan kananku coba meraba selangkangan Tante Endang sementara tangan kiriku meraba selangkangan Tante Rina. Kumainkan jari-jari kedua tanganku di vagina Tante Endang dan Tante Rina.
“Sudah belum, Anto.. Ess..,” kata Tante Endang sedikit mendesah.
“Eeemmhh.. uuhh.. jangan Anto, tolong hentikan.. eemmhh!” desah Tante Rina juga ketika tanganku sampai ke belahan kemaluannya.
“Sebentar lagi kok Tante, memang kenapa?” tanyaku pura-pura sambil terus memainkan kedua tanganku di vagina Tante Endang dan Tante Rina yang mulai membasah.
“Eh, ini apa Tante?” tanyaku pura-pura sambil mengelus-selus klitoris mereka.
“Ohh.. Itu klitoris namanya Anto, jangan kamu pegang ya..,” desis Tante Endang menahan geli.
“Iya jangan kamu gituin klitoris Tante dong,” dasah Tante Rina.
“Memang kenapa Tante, tadi katanya boleh,” kataku sambil terus memainkan klitoris mereka. “Sshh.., oohh.., geliss.., To,” rintih Tante Endang dan Tante Rina.
“Ini lubang vaginanya ya Tante?” tanyaku sambil memainkan tanganku didepan lubang vagina mereka yang semakin basah.
“Boleh dimasukin jari nggak Tante?”
Kembali jariku membuka belahan vagina mereka dan memasukkan jariku, slep.. slep.. bunyi jariku keluar masuk di lubang vagina Tante Rina dan Tante Endang yang makin mendesah-desah tidak karuan,
“Jangan Anto, jangan kamu masukin jari kamu.. Oohh..,” rintih Tante Rina.
“Jangan lho Anto.. sshh..,” desah Tante Endang sambil tangannya meremasi sofa.
“Kenapa? Sebentar saja kok, dimasukkin ya,” kataku sambil memasukkan jari tengahku ke vagina mereka masing-masing.
“Aaahh.., Anto..,” desah Tante Endang dan Tante Rina bersama-sama mersakan jari Anto menelusur masuk ke lubang vagina mereka.
“Ssshh.. eemmhh..!!” Tante Endang dan Tante Rina mulai meracau tidak karuan saat jari-jariku memasuki vagina dan memainkan klitoris mereka.

“Bagaimana Tante Endang,” tanyaku mulai memainkan jariku keluar masuk di vagina mereka.
“Saya cium ya vagina Tante Endang ya?” tanyaku sambil mulai memainkan lidahku di vaginanya. “Sebentar ya Tante Rina,” kataku.
“Jangan.., sshh.. Anto.. ena.., rintih Tante Endang sambil tangannya meremasi rambutku menahan geli.
“Gimana Tante Endang, geli tidak..,” tanya Anto.
“Ssshh.. Anto.. Geli ss..,” rintihnya merasakan daerah sensitifnya terus kumainkan sambil tangannya meremasi sendiri kedua payudaranya.
“Teruss.. Anto,” desis Tante Endang tak kuat lagi menahan nafsunya.

Sementara Tante Rina memainkan vaginanya sendiri dengan jari tanganku yang ia gerakkan keluar masuk. Dan Tante Endang kian mendesah ketika mendekati orgasmenya dan
“Aaahh ss.., Tante sudah nggak kuat lagi,” rintih Tante Endang merasakan lidahku keluar masuk dilubang vaginanya.
“Tante Endang keluar Anto..,” desah lemas Tante Endang dengan kedua kakinya menjepit kepalaku di selangkangannya. Tahu Tante Endang sudah keluar aku bangkit lalu pindah ke vagina Tante Rina dan kubuka kedua pahanya lebar-lebar. Sama seperti Tante Endang Tante Rina juga merintih tidak karuan ketika lidahku mengocok lubang vaginanya.
“Aah ss.., Antoo,.., enak ss..,” rintih Tante Rina sambil menekan kepalaku ke selangkangannya.

Tante Rina di sofa dan kubuka lebar-lebar pahanya. Kubenamkan lidahku liang vagina Tante Rina, ku sedot-sedot klitoris vagina Tante Rina yang ssudah basah itu,
“Teruss.., Antoo.., Tante.., mau kelu.. Aah ss..,” rintih Tante Rina merasakan orgasme pertamanya. Anto lalu duduk diantara Tante Endang dan Tante Rina.
“Gantian dong Tante, punyaku sudah tegangnih,” menunjukkan sarung yang aku pakai tampak menonjol dibagian kemaluanku pada Tante Endang dan Bullik Rina. Kuminta mereka untuk menjilati kemaluanku.
“Kamu nakal Anto, ngerjain kami,” kata Tante Endang sambil tangannya membuka sarungku hingga tampak penisku yang mengacung tegang keatas.
“Iya.., awas kamu Anto.. Tante hisap punya kamu nanti..,” balas Tante Rina sambil memasukkan penisku kemulutnya.

“Ssshh.. Tante.. terus..,” rintih Anto sambil menekan kepala Tante Rina yang naik turun di penisnya. Tante Endang terus menjilati penisku gantian dengan Tante Rina yang lidahnya dengan liar menjilati penisku, dan sesekali memasukkannya kedalam mulunya serta menghisap kuat-kuat penisku didalam mulutnya. Sluurrpp.. sluurpp.. sshhrrpp.. demikian bunyinya ketika dia menghisap.
“Sudah.. Tante, Anto nggak kuat lagi..,” rintih Tante Rina sambil mengangkat kepalaku dari vaginanya.
“Tunggu dulu ya Tante Endang, biar saya dengan Tante Rina dulu,” kataku sambil menarik kepala Tante Endang yang sedang memasukkan penisku kemulutnya.
“Tante Tina sudah nggak tahan nih,” kataku sambil membuka lebar-lebar kedua paha Tante Rina dan berlutut diantaranya.
“Cepatss.. Anto,” desah Tante Rina sambil tangannya mengarahkan penisku ke vaginanya. “Asshhss..,” rintih Tante Rina panjang merasakan penisku meluncur mulus sampai menyentuh rahimnya. Tante Rina mengerang setiap kali aku menyodokkan penisnya. Gesekan demi gesekan, sodokan demi sodokan sungguh membuatku terbuai dan semakin menikmati “perkosaan” ini, aku tidak peduli lagi orang ini sesungguhnya adalah Tanteku sendiri. Kuminta Tante Rina untuk menjilati vagina Tante Endang yang jongkok diatas mulutnya.

“Ushhss.. Geli dik,” desis Tante Endang setiap kali lidah Tante Rina memasuki vaginanya. Sementara aku sambil menyetubuhi Tante Rina tanganku meremas-remas kedua payudara Tante Endang. Tiba-tiba Tante Rina mengangkat pinggulnya sambil mengerang panjang keluar dari mulutnya. “Ahhss.. Anto Tante keluar.. ”
“Sudah keluar ya Tante Rina, sekarang gilran Bu Endang ya,” kataku sambil menarik Tante Endang untuk naik kepangkuanku.

Tante Endang hanya pasrah saja menerima perlakuannya. Kuarahkan penisku ke vagina Tante Endang Lalu Aaahh.. desah Tante Endang merasakan lubang vaginanya dimasuki penisku sambil pinggulnya mulai naik turun. Kunikmati goyangan Tante Endang sambil ‘menyusu’ kedua payudaranya yang tepat di depan wajahku, payudaranya kukulum dan kugigit kecil.
“Teruss.. Tante, vagina Tante enak..,” rintihku sambil terus dalam mulutku menghisap-hisap puting susunya.
“Penis kamu juga sshh..” rintih Tante Endang sambil melakukan gerakan pinggulnya yang memutar sehingga penisku terasa seperti dipijat-pijat.
“Sebentar Tante, coba Tante balik badan,” kataku sambil meminta Tante Endang untuk menungging.

Kusetubuhi Tante Endang dari belakang, sambil tanganku tangannya bergerilya merambahi lekuk-lekuk tubuhnya. Harus kuakui sungguh hebat wanita seumur Tante Endang mempunyai vagina lebih enak dari Tante Rina yang berusia lebih muda. Sudah lebih dari setengah jam aku menggarap Tante Endang, yang makin sering merintih tidak karuan merasakan penisku menusuk-nusuk vaginanya dan tanganku meremasi payudaranya yang bergoyang-goyang akibat hentakan penisku di vaginanya.
“Ssshh.. Anto, Tante mau keluar..” rintih Tante Endang.
“Sabarr.. Tante, sama-sama,” kataku sambil terus memainkan pinggulku maju-mundur.
“Aaahh ss.., Tante Endang keluar..,” melenguh panjang.
“Saya belum, Tante,” kataku kecewa.
“Pake susu Tante aja ya,” jawab Tante Endang jongkok didepanku sambil menjepitkan penisku yang ssudah licin mengkilap itu di antara kedua payudaranya yag besar, lalu dikocoknya.
“Terus, Tante enak ss..,” rintihku.

Melihat hal itu Tante Rina bangun sambil membuka mulutnya dan memasukkan penisku ke mulutnya sambil dihisap-hisap. Tak lama setelah mereka memainkan penisku, mengeluarkan maninya menyempot dengan deras membasahi wajah dan dada Tante Endang dan Tante Rina.
“Terima kasih ya Tante,” jawabku sambil meremas payudara mereka masing-masing.

Minggu, 16 Oktober 2016

Betapa Nikmatnya Memprawani ABG tetangga

Betapa Nikmatnya Memprawani ABG tetangga - ini terjadi gara-gara istriku yang pulang kampung. Sementara birahi sex ku yang memuncak dan tak bisa terbendung lagi. Yah akhirnya terjadilah cerita sex tetangga ini. Maklumlah di usia setengah baya ini emang gelora seks ku ga pernah ada hentinya minta jatah ngentot sama istriku.

                                                        Betapa Nikmatnya Memprawani ABG tetangga

Daripada ga ada yang dientot ya mending ngentot sama gadis tetanggaku yang masih perawan dan memeknya masih sempit trus legit. Oke ga usah panjang lebar langsung aja aku ceritakan pengalaman seks ku pada kalian semua ya . Selamat menyimak.
Minggu sore hampir pukul empat. Setelah menonton CD porno sejak pagi penisku tak mau diajak kompromi. Si adik kecil ini kepingin segera disarungkan ke vagina. Masalahnya, rumah sedang kosong melompong. Istriku pulang kampung sejak kemarin sampai dua hari mendatang, karena ada kerabat punya hajat menikahkan anaknya.

Anak tunggalku ikut ibunya. Aku mencoba menenangkan diri dengan mandi, lalu berbaring di ranjang. Tetapi penisku tetap tak berkurang ereksinya. Malah sekarang terasa berdenyut-denyut bagian pucuknya. “Wah gawat gawat nih. Nggak ada sasaran lagi. Salahku sendiri nonton CD porno seharian”, gumamku. Aku bangkit dari tiduran menuju ruang tengah. Mengambil segelas air es lalu menghidupkan tape deck. Lumayan, tegangan agak mereda.Tetapi ketika ada video klip musik barat agak seronok, penisku kembali berdenyut-denyut.

Nah, belingsatan sendiri jadinya. Sempat terpikir untuk jajan saja. Tapi cepat kuurungkan. Takut kena penyakit kelamin. Salah-salah bisa ketularan HIV yang belum ada obatnya sampai sekarang. Kuingat-ingat kapan terakhir kali barangku terpakai untuk menyetubuhi istriku. Ya, tiga hari lalu. Pantas kini adik kecilku uring-uringan tak karuan. Soalnya dua hari sekali harus nancap.

“Sekarang minta jatah..”. Sambil terus berusaha menenangkan diri, aku duduk-duduk di teras depan membaca surat kabar pagi yang belum tersentuh.
Tiba-tiba pintu pagar berbunyi dibuka orang. Refleks aku mengalihkan pandangan ke arah suara. Renny anak tetangga mendekat.
“Selamat sore Om. Tante ada?”
“Sore.. Ooo Tantemu pulang kampung sampai lusa. Ada apa?”
“Wah gimana ya..”
“Silakan duduk dulu. Baru ngomong ada keperluan apa”, kataku ramah.

ABG berusia sekitar lima belas tahun itu menurut. Dia duduk di kursi kosong sebelahku. “Nah, ada perlu apa dengan Tantemu? Mungkin Om bisa bantu”, tuturku sambil menelusuri badan gadis yang mulai mekar itu.
“Anu Om, Tante janji mau minjemi majalah terbaru..”
“Majalah apa sich?”, tanyaku. Mataku tak lepas dari dadanya yang tampak mulai menonjol. Wah, sudah sebesar bola tenis nih.
“Apa saja. Pokoknya yang terbaru”.
“Oke silakan masuk dan pilih sendiri”.

Kuletakkan surat kabar dan masuk ruang dalam. Dia agak ragu-ragu mengikuti. Di ruang tengah aku berhenti. “Cari sendiri di rak bawah televisi itu”, kataku, kemudian membanting pantat di sofa. Renny segera jongkok di depan televisi membongkar-bongkar tumpukan majalah di situ. Pikiranku mulai usil. Kulihati dengan leluasa tubuhnya dari belakang. Bentuknya sangat bagus untuk ABG seusianya. Pinggulnya padat berisi. Bra-nya membayang di baju kaosnya.

Kulitnya putih bersih. Ah betapa asyiknya kalau saja bisa menikmati tubuh yang mulai berkembang itu.
“Nggak ada Om. Ini lama semua”, katanya menyentak lamunan nakalku. “Nggg.. mungkin ada di kamar Tantemu. Cari saja di sana” Selama ini aku tak begitu memperhatikan anak itu meski sering main ke rumahku. Tetapi sekarang, ketika penisku uring-uringan tiba-tiba baru kusadari anak tetanggaku itu ibarat buah mangga telah mulai mengkal. Mataku mengikuti Renny yang tanpa sungkan-sungkan masuk kekamar tidurku. Setan berbisik di telingaku, “inilah kesempatan bagi penismu agar berhenti berdenyut-denyut. Tapi dia masih kecil dananak tetanggaku sendiri? Persetan dengan itu semua, yang penting birahimu terlampiaskan”.

Akhirnya aku bangkit menyusul Renny. Di dalam kamar kulihat anak itu berjongkok membongkar majalah di sudut. Pintu kututup dan kukunci pelan-pelan.
“Sudah ketemu Ren?” tanyaku.
“Belum Om”, jawabnya tanpa menoleh. “Mau lihat CD bagus nggak?” “CD apa Om?” “Filmnya bagus kok. Ayo duduk di sini.”
Gadis itu tanpa curiga segera berdiri dan duduk pinggir ranjang. Aku memasukkan CD ke VCD dan menghidupkan televisi kamar.
“Film apa sih Om?” “Lihat saja. Pokoknya bagus”, kataku sambil duduk di sampingnya. Dia tetap tenang-tenang tak menaruh curiga. “Ihh..”, jeritnya begitu melihat intro berisi potongan-potongan adegan orang bersetubuh.
“Bagus kan?” “Ini kan film porno Om?!” “Iya. Kamu suka kan?” Dia terus ber-ih.. ih ketika adegan syur berlangsung, tetapi tak berusaha memalingkan pandangannya.

Memasuki adegan kedua aku tak tahan lagi. Aku memeluk gadis itu dari belakang.“Kamu ingin begituan nggak?”, bisikku di telinganya.
“Jangan Om”, katanya tapi tak berusaha mengurai tanganku yang melingkari lehernya. Kucium sekilas tengkuknya. Dia menggelinjang. “Mau nggak gituan sama Om? Kamu belum pernah kan? Enak lo..”“Tapi.. tapi.. ah jangan Om.” Dia menggeliat berusaha lepas dari belitanku. Namun aku tak peduli. Tanganku segera meremas dadanya.

Dia melenguh dan hendak memberontak
.“Tenang.. tenang.. Nggak sakit kok. Om sudah pengalaman..”
Tangan kananku menyibak roknya dan menelusupi pangkal pahanya. Saat jari-jariku mulai bermain di sekitar vaginanya, dia mengerang.Tampak birahinya sudah terangsang. Pelan-pelan badannya kurebahkan di ranjang tetapi kakinya tetap menjuntai. Mulutku tak sabar lagi segera mencercah pangkal pahanya yang masih dibalut celana warna hitam.
“Ohh.. ahh.. jangan Om”, erangnya sambil berusaha merapatkan kedua kakinya. Tetapi aku tak peduli. Malah celana dalamnya kemudian kupelorotkan dan kulepas. Aku terpana melihat pemandangan itu. Pangkal kenikmatan itu begitu mungil, berwarna merah di tengah, dan dihiasi bulu-bulu lembut di atasnya. Klitorisnya juga mungil.

Tak menunggu lebih lama lagi, bibirku segera menyerbu vaginanya. Kuhisap-hisap dan lidahku mengaduk-aduk liangnya yang sempit. Wah masih perawan dia. Renny terus menggelinjang sambil melenguh dan mengerang keenakan. Bahkan kemudian kakinya menjepit kepalaku, seolah-olah meminta dikerjai lebih dalam dan lebih keras lagi.
Oke Non.

Maka lidahku pun makin dalam menggerayangi dinding vaginanya yang mulai basah. Lima menit lebih barang kenikmatan milik ABG itu kuhajar dengan mulutku. Kuhitung paling tidak dia dua kali orgasme. Lalu aku merangkak naik. Kaosnya kulepas pelan-pelan. Menyusul kemudian BH hitamnya berukuran 32. Setelah kuremas-remas buah dadanya yang masih keras itu beberapa saat, ganti mulutku bekerja. Menjilat, memilin, dan mencium putingnya yang kecil.

“Ahh..” keluh gadis itu. Tangannya meremas-remas rambutku menahan kenikmatan tiada tara yang mungkin baru sekarang dia rasakan. “Enak kan beginian?” tanyaku sambil menatap wajahnya. “Iii.. iya Om. Tapi..” “Kamu pengin lebih enak lagi?”

Tanpa menunggu jawabannya aku segera mengatur posisi badannya. Kedua kakinya kuangkat ke ranjang. Kini dia tampak telentang pasrah. Penisku pun sudah tak sabar lagi mendarat di sasaran. Namun aku harus hati-hati. Dia masih perawan sehingga harus sabar agar tidak kesakitan. Mulutku kembali bermain-main di vaginanya. Setelah kebasahannya kuanggap cukup, penisku yang telah tegak kutempelkan ke bibir vaginanya. Beberapa saat kugesek-gesekkan sampai Renny makin terangsang.

Kemudian kucoba masuk perlahan-lahan ke celah yang masih sempit itu. Sedikit demi sedikit kumaju-mundurkan sehingga makin melesak ke dalam. Butuh waktu lima menit lebih agar kepala penisku masuk seluruhnya. Nah istirahat sebentar karena dia tampak menahan nyeri.

“Kalau sakit bilang ya”, kataku sambil mencium bibirnya sekilas. Dia mengerang. Kurang sedikit lagi aku akan menjebol perawannya. Genjotan kutingkatkan meski tetap kuusahakan pelan dan lembut. Nah ada kemajuan. Leher penisku mulai masuk.

“Auw.. sakit Om..” Renny menjerit tertahan. Aku berhenti sejenak menunggu liang vaginanya terbiasa menerima penisku yang berukuran sedang. Satu menit kemudian aku maju lagi. Begitu seterusnya. Selangkah demi selangkah aku maju. Sampai akhirnya..

“Ouuu..”, dia menjerit lagi. Aku merasa penisku menembus sesuatu. Wah aku telah memerawani dia. Kulihat ada sepercik darah membasahi sprei.
Aku meremas-remas payudaranya dan menciumi bibirnya untuk menenangkan. Setelah agak tenang aku mulai menggenjot anak itu.

“Ahh.. ohh.. asshh…”, dia mengerang dan melenguh ketika aku mulai turun naik di atas tubuhnya. Genjotan kutingkatkan dan erangannya pun makin keras. Mendengar itu aku makin bernafsu menyetubuhi gadis itu. Berkali-kali dia orgasme. Tandanya adalah ketika kakinya dijepitkan ke pinggangku dan mulutnya menggigit lengan atau pundakku.
“Nggak sakit lagi kan? Sekarang terasa enak kan?”
“Ouuu enak sekali Om…”
Sebenarnya aku ingin mempraktekkan berbagai posisi senggama. Tapi kupikir untuk kali pertama tak perlu macam-macam dulu. Terpenting dia mulai bisa menikmati. Lain kali kan itu masih bisa dilakukan.

Sekitar satu jam aku menggoyang tubuhnya habis-habisan sebelum spermaku muncrat membasahi perut dan payudaranya. Betapa nikmatnya menyetubuhi perawan. Sungguh-sungguh beruntung aku ini. “Gimana? Betul enak seperti kata Om kan?” tanyaku sambil memeluk tubuhnya yang lunglai setelah sama-sama mencapai klimaks. “Tapi takut Om..”
“Nggak usah takut. Takut apa sih?”
“Hamil”
Aku ketawa. “Kan sperma Om nyemprot di luar vaginamu. Nggak mungkin hamil dong”
Kuelus-elus rambutnya dan kuciumi wajahnya. Aku tersenyum puas bisa meredakan adik kecilku.
“Kalau pengin enak lagi bilang Om ya? Nanti kita belajar berbagai gaya lewat CD”. “Kalau ketahuan Tante gimana?” “Ya jangan sampai ketahuan dong” Beberapa saat kemudian birahiku bangkit lagi. Kali ini Renny kugenjot dalam posisi menungging. Dia sudah tak menjerit kesakitan lagi. Penisku leluasa keluar masuk diiringi erangan, lenguhan, dan jeritannya.


Sabtu, 15 Oktober 2016

Cerita Dewasa 2016: SPG Mayangku Brutal

Seorang gadis beli, berumur 18 tahun, sebut saja namanya Zavy  "nama samaran". Sejak awal bertemu Gadis ini, aku sudah tertarik dengan gaya polosnya, tetapi aku sendiri tidak menyangka bisa dengan mudah mendapatkan dan menikmati tubuhnya. Simak dengan baik kisah ini !!!!!


                                                       Cerita Dewasa 2016: SPG Mayangku Brutal

Berawal dari ajakan temanku untuk ikut liburan selama beberapa hari ke Kota Kuningan. Pada Awalnya aku ragu untuk ikut bersama temanku, tetapi  pada akhirnya aku memutuskan untuk ikut.

Hari pertama setelah aku sampai lokasi, Doni teman yang mengajakku liburan, membawa aku untuk nongkrong di Toserba Circle K, sesampainya di sana dia menemui beberapa teman lamanya, sekalian saja  cuci mata. Karena disekitar toserba Circle K (CK) juga merupakan salah satu pusat tongkrongan favorit anak muda di daerah Kuningan.

Pada saat mengisi pulsa di salah satu outlet yang dijaga oleh temannya Doni, Tiba-tiba ada seorang gadis yang menepuk pundakku dari belakang yang dikira aku adalah teman wanita itu.

Gadis itu berkata “ Dicariin di Timezone malah ada di sini,” katanya tanpa Basa basi dan lantangya.

Muka gadis itu mendadak merah merona malu ketika sadar bahwa aku bukanlah orang yang dia maksud .

“Aduuh, maaf mas ya saya kira teman saya, eh malah salah sasaran....hehehehe….” Ujarnya pelan, lalu dia mendekat kepada Jay "penjaga outlet" yang tertawa melihat kejadian itu.
“Makanya, jangan asal tepuk pundak orang aja, Za” Jay berkata disela tawanya, ternyata Jay dan gadis itu telah saling mengenal.
“Maaf banget yaaaa, saya kira…hehe” Gadis itu tidak meneruskan ucapannya karena aku potong.
“Gak papa, kok.” Ujarku sambil tersenyum sembari tebar pesona. Wajib tebar pesona, soalnya gadis itu manis gilaaaa cuyyy.
“Di gebug lagi juga gak apa2, Neng’” timpal Adhi sambil mengedipkan matanya padaku.

Gadis itu masih tersipu, lalu dia cepat-cepat berlalu dari tempat itu.

“Kemana, May?” tanya Jay sebelum gadis itu menghilang.
“Masuk lagi, waktu istirahat dah abis.” Jawab Mayang, lalu dia menghilang di balik mobil-mobil yang diparkir di depan outlet.
“Namanya Mayang, Dia SPG,” Jay menerangkan sebelum Adhi sempat buka suara untuk menanyakan siapa gadis itu.
“Halagh… tau az Lu, Jay. Gue blom nanya Lu udah jawab duluan,” Adhi terkekeh.
“Gue udah bisa baca dari sorot mata keranjang Lu itu,”

Aku pura-pura sibuk menulis sms, namun dalam hatiku aku berusaha mengingat baik-baik nama gadis itu. Mayang, SPG H&R Toserba Yogya.

2 hari berlalu sejak kejadian itu. Tidak ada kejadian istimewa lain, tiap hari Adhi mengajakku mengunjungi tempat-tempat yang dulu biasa dia jadikan tempat nongkrong bersama teman-teman lamanya. Aku bahkan hampir lupa soal pertemuanku dengan Mayang. Hingga akhirnya pada Malam Minggu Adhi mengajak aku untuk menonton acara Mentari on the Street, acara pentas musik band lokal yang rutin diadakan setiap malam minggu oleh salah satu radio di Kuningan.

Di sana aku kembali melihat Mayang. Dia sedang asyik menonton aksi panggung salah satu band lokal sambil dipeluk dari belakang oleh seorang cowok.

“Wah, udah punya cowok dia,” ujar Adhi yang juga melihat Mayang.
“Wajar lah, cewek manis gitu…” jawabku sambil mengalihkan pandangan ke arah panggung.

Lalu aku dan Adhi sibuk menertawakan aksi vokalis norak yang kehabisan nafas ketika meneriakkan reff lagu Crawling-nya Linkin Park…

Selang beberapa lagu, aku kembali melirik tempat di mana tadi aku melihat Mayang. Gadis itu masih sedang bersama cowoknya, namun kali ini tidak mesra seperti tadi. Mereka seperti sedang bertengkar, lalu Si Cowok pergi begitu saja sambil menunjuk-nunjuk Mayang dengan marah.
Dari jauh aku bisa melihat mata gadis itu berkaca-kaca, dia menggigit bibir menahan tangis. Secara naluri aku langsung menghampirinya.

“Ada apa, May? Kok Kamu bertengkar ama dia?” tanyaku kemudian.

Mayang menatapku selama beberapa detik, “Ah, Kamu yang ketemu aku di Outlet nya Jay, ya?”

“Iya, namaku Yudha. Sori bukan mo ikut campur, aku hanya gak tega melihat kamu hampir nangis di tempat seramai ini.”
“Ah, sudahlah… Gak perlu di bahas,” Mayang memalingkan wajahnya, mungkin dia merasa canggung karena aku melihatnya hampir menangis.
“Surya memang begitu orangnya, moody banget”.
“Oh, jadi cowok kamu namanya Surya?”

Mayang mengangguk.

“Dha, mau bantu aku ngga?”
“Tentu,” jawabku.
“Bisa anterin aku pulang gak? Aku gak berani pulang sendiri malem-malem gini”
“Memangnya rumah KAmu di mana?”
“Di Kadugede,”

Aku tidak tahu KAdugede itu sebelah mana, tapi siapa peduli? Toh Mayang bisa menunjukkan jalan.

“Ok,” jawabku kemudian.
“Aku ngambil kunci motor dulu ya”.

Lalu aku menghampiri Adhi dan memnjam kunci motornya.

“Wah, dapet rejeki, Lu”. Ledek Adhi sambil melemparkan kunci motor yang aku pinta. Aku mengedipkan mata.

Sepanjang perjalanan pulang, aku tahu Mayang menangis di belakangku. Tapi aku pura-pura tidak tahu, aku tidak mau dia merasa canggung.

Sesampainya di rumah, Mayang memintaku untuk masuk sebentar. Di rumah itu hanya ada neneknya yang telah tertidur pulas di kamar belakang. Mayang bercerita bahwa orang tuanya tinggal di Bandung.

“Silakan di minum, Dha.” Kata Mayang sambil menyimpan gelas minuman ke atas meja di depanku. Aku mengangguk. “Aku ganti baju dulu, ya.” Lanjut Mayang kemudian, lalu dia berlalu ke kamarnya.

Kamar Mayang terletak tidak jauh dari ruang tamu, saat sedang berganti pakaian, aku mendengar Mayang bertengkar lagi dengan surya di telepon. Entah apa yang mereka permasalahkan, yang jelas aku mendengar Mayang bertengkar sambil menangis. Setelah pertengkaran itu, Mayang tidak juga keluar dari kamarnya. Setelah menunggu selama 30 menit lebih, akhirnya aku memberanikan diri untuk menghampiri Mayang di kamarnya.

Mayang sedang menangis di atas tempat tidur ketika aku masuk.

“Mungkin sebaiknya aku pulang ya” Ujarku sambil duduk di pinggir tempat tidur.

Mayang tersentak, “Aduh, Maaf, Dha. Aku gak bermaksud nyuekin Kamu”

“Gak papa kok, aku maklum.”
“Entahlah, Dha. Aku bingung, hubunganku dengan surya akhir-akhir ini semakin kacau.”

Nada bicara Mayang menunjukkan bahwa dia sedang butuh teman bicara, akhirnya aku membatalkan niatku untuk pulang dan berusaha sebijak mungkin memberikan kata-kata penghibur untuk Mayang. Setelah beberapa lama, akhirnya Mayang menghapus air matanya lalu duduk di sampingku.

“Nah, gitu dong, jangan sedih melulu” Ujarku sambil mengambil ponsel dari saku celanaku. “Aku foto ya, beri aku senyuman.”

Mayang tersenyum, lalu aku mengambil gambarnya beberapa kali menggunakan kamera ponsel. Saat sedang mengambil gambar, secara tidak sengaja aku melihat belahan payudaranya yang tersembul di balik kerah kaosnya.

Aku yang memang sejak tadi menahan hasrat, akhirnya tak mampu lagi membendung.
Perlahan aku duduk di samping Mayang, tanpa permisi terlebih dahulu aku langsung memeluk dan menciumnya. Mayang sempat kaget lalu berusaha berontak, namun aku mempererat pelukanku dan memperdalam ciumanku.

“Hmmpphhhh, Dha….” Rintih Mayang di sela-sela hujanan ciumanku.
“Jangan menolak, May. Aku butuh kamu.” Bisikku sambil mengalihkan ciumanku ke lehernya yang jenjang.

Aroma wangi tercium dari tubuhnya, membuatku semakin hilang kendali.

Tanganku menelusup ke balik kaos Mayang, menjalar menuju gundukan payudara yang tidak terlalu besar namun padat. Rangsangan-rangsangan yang kuberikan akhirnya mampu meredam perlawanan Mayang. Secara perlahan dia merebahkan tubuhnya, aku mengikuti dan langsung menindih tubuhnya.

“Yudha… jangan terlalu jauh ya…” Bisik Mayang di sela-sela nafasnya yang memburu.

Aku tidak menjawab permintaannya, dari atas tubuhnya, aku mulai melepaskan kancing baju Mayang satu persatu. Mayang berusaha berontak ketika aku melepaskan bajunya, namun aku berhasil membuka baju tersebut, bahkan sekalian merenggut bra nya hingga payudaranya terbuka dengan lebar.

Puting payudaranya menyembul keras, payudara ini pasti pernah dijamah seseorang, mungkin Surya, fikirku. Tapi aku tidak peduli, payudara ini tetap menawan. Erangan halus keluar dari mulut Mayang ketika mulutku mengulum dan mempermainkan putingnya.

Aku membiarkan dia mengerang selama beberapa lama, semakin liar lidahku bergerak, semakin kuat erangan Mayang. Kemudian aku melepaskan kaos yang ku kenakan, lalu kembali menindih tubuhnya. Aku mengerang lirih ketika kulitku bersentuhan dengan kulitnya yang halus. Rudalku mengeras hebat di balik celana jeansku.

Mayang menolak ketika aku berusaha menyingkap rok nya, dia menamparku ketika aku berusaha memaksa. Untuk sejenak, aku harus melupakan keinginanku mempermainkan bagian bawahnya. Aku kembali menyerang payudara dan perutnya dengan usapan lidahku, ketika Mayang terbuai, sedikit demi sedikit aku mempreteli pakaian yang masih menempel di tubuhnya hingga terlepas semua, dan aku pun mempreteli semua pakaian yang masih melekat di tubuhku.

Mayang berusaha mendorong tubuhku ketika dia sadar aku dan dia telah telanjang bulat. “Jangan, Dha… Aku masih milik Surya…” Bisiknya lemah.

Tapi mana mau aku melepaskan kesempatan ini. “Beri aku satu kali saja, aku ingin menikmati tubuhmu…”

“Jangan, Dha….”
“Ayolah, May… Atau, kamu masih perawan?”

Mayang menggeleng,

“Surya telah mengambilnya”
“Kalau begitu, apa salahnya kalau kamu memberiku kesempatan?” Aku tetap berusaha menindihnya, memperkuat posisiku diantara perlawanan Mayang yang semakin melemah.

Kepala tongkatku beberapa kali menggesek bibir vaginanya, ketika tepat di depan lubang senggama Mayang, aku berusaha menekan, namun beberapa kali usahaku gagal karena Mayang merapatkan kakinya.

“Aku tidak mau menghianati Surya, karena….. Ahhhhhh…” Mayang tidak melanjutkan ucapannya ketika akhirnya kepala tongkatku berhasil memasuki liang kenikmatan tersebut.

Aku mengerang keras, sensasi kenikmatan menjalar cepat. Penisku belum masuk semua, liang senggama Mayang terasa sempit. Beberapa kali aku bergerak maju mundur hingga akhirnya BLESSSHHHH…. seluruh penisku masuk.

Mayang mengerang, vaginanya yang belum dilumasi secara sempurna terasa seret, sisa-sisa perlawanannya mulai berakhir….

Aku terus bergerak, menjemput kenikmatan demi kenikmatan dari tubuh Mayang. Secara perlahan, Mayang mulai menikmati dan ikut berperan hingga akhirnya persetubuhan ini berjalan seimbang. Bunyi khas terdengar dari liang senggamanya seirama dengan gerakan-gerakan yang kami buat.

“Ahhhh… Yudha… punyamu besar sekali……..”
“Nikmatilah sepuasmu, Sayang…. Aku juga… ahhh….” Pijatan halus vagina Mayang yang mengurut penisku membuatku tak mampu menyelesaikan ucapanku.
“Aku mau keluaarrrr…..” Desis Mayang…. Beberapa lama kemudian liang senggamanya semakin penuh oleh cairan…

Aku masih terus mengayun, lalu aku bangkit dan melipat kedua kakiku. Tanpa membiarkan terlepas, aku menyetubuhinya dalam posisi baru.

Erangan dan rintihan masih berbaur. Sekilas mataku melihat ponsel milikku tergeletak di sebelah kiri. Ponsel itu kuambil, sambil tetap menyetubuhi Mayang, aku mengambil beberapa gambar melalui kamera ponselku.
JEPRET!!!

"Yudha… apa yang kamu lakukan?” tanya Mayang di sela-sela erangannya.

Aku tidak menjawab karena puncak kenikmatan semakin mendekat. Gerakan itu kupercepat dan aku kembali menjatuhkan tubuhku menindih tubuh Mayang. Sengatan-sengatan kenikmatan semakin cepat menerjang.

“Ahh… Dha… aku mau keluar lagi……..” MAyang mengerang….
“Aku juga, Sayaaanggg,” jawabku,

Pelukanku kuererat, gerakanku semakin ku percepat, intensitas Kenikmatan yang semakin meningkat membuatku tak tahan dan meninggalkan beberapa gigitan di leher dan dagu Mayang.

“Ahhh Ahhhhh Ahhhhhh…. Mayang semakin keras mengerang…..”
“Ugh… keluarin di mana, Sayang?” tanyaku, gerbang puncak telah di depan mata.
“Jangan dicabuuutt… Di dalam saja, semprotkan semuanya padakuuuuuuu….”

Tubuhku mengejang, sensasi kenikmatan meledak di puncaknya diiringi erangan panjang aku dan Mayang….. Aku menyemprot kuat beberapa kali…

“Kamu tidak takut hamil?” tanyaku setelah puncak kenikmatan berlalu perlahan.

Mayang menggeleng.

“Saat ini aku memang sedang hamil dua bulan, itulah penyebab pertengkaranku dengan Surya.” jawabnya.

Aku mencabut sisa-sisa yang masih ada dan membaringkan diri di samping Mayang. Tubuh kami berkeringat, tempat tidur acak-acakan tak karuan. Mayang memelukku.

“Nikmat sekali, Dha. Andai Surya sehebat Kamu….” bisiknya.

Aku tersenyum bangga. “Beri aku waktu istirahat beberpa menit, dan akan aku berikan lagi kenikmatan seperti tadi,” jawbku. Kemudian aku mengecup keningnya. Malam itu empat kali aku menyetubuhinya hingga pagi. Perbuatan kami hampir dipergoki neneknya yang terbangun.

Jam 6 pagi aku pulang menuju rumah Adhi. Rentetan omelan menyambut kedatanganku.

“Gila Lo Dha… Nidurin cewek sampe lupain temen… Gue hampir pulang jalan kaki tadi malem, untung gue ketemu Anita yang nganterin gue pulang. Kalo tau gini, gak bakalan gue kasiin kunci motor itu.”

Aku tersenyum…

“Jangan belagak ngambek, Lo…. Gue tau tadi malem Lo juga “maen”. Ama siapa? Anita? Siapa tuh Anita?”
“Tau darimana?” tanya Adhi heran.

Aku sengaja tidak langsung menjawab. Kemudian sambil berlalu menuju kamar mandi, aku berkata;

“4 cupang di leher Lo itu, jelas banget keliatan… Buset, ganas amat Si Anita… Kenalin dong… Gue juga pengen nyobain….”

Mendengar omonganku, Adhi langsung berlari menuju cermin……

Cerita Dewasa Pengorbanan Menjadi Aktris Besar

kali ini menceritakan pengalaman tragis dari seorang yang dialami seorang calon aktris yang akan menjadi aktris terkenal. Sebut saja namanya Fera, Fera dengan sangat terpaksa merelakan tubuhnya untuk dinikmati para petinggi kalangan dunia Perfilman demi menjadi seorang aktris besar . Mau tahu kelanjutan ceritanya, Langsung aja yuk baca dan simak baik baik cerita dewasa ini.

                                                       Cerita Dewasa Pengorbanan Menjadi Aktris Besar

Sungguh malang calon artis baru ini, sebut saja namanya Fera. Dengan sangat terpaksa dia harus bersedia disetubuhi oleh beberapa orang crew di sebuah rumah produksi Film ternama di negri kita ini. Sebelum dia bertemu dengan Big Bos rumah produksi dan sebelum diekspos oleh rumah produksi itu, Fera harus bermain di sebuah film pendek, yang katanya untuk film audisi.

Dari rumor yang berkembang, film ini adalah sebuah film semi dewasa yang dibuat untuk koleksi pribadi Bos rumah rumah produksi tersebut. Sesuai perjanjian Fera harus menjalani film audisi, jika dia tidak menjalani Film audisi itu. Fera harus mengganti semua biaya film ditambah dengan 85% dari nilai kontrak yang dipaparkan dikontrak sebelumnya.

Karena Fera seorang calon artis yang baru akan diterbitkan, dia-pun hanya bisa menuruti kemauan rumah produksi film tersebut. Semua ini sudah terlanjur basah maka dari itu Fera-pun meneruskan perjalananya. Ketika itu Fera melangkah menuju ruang ganti kostum. Dia diharuskan mengenakan kostum syuting yang bisa dikatakan extreme sekali.

Dengan bawahan yang mini, kaki indah Fera saat itu pasti akan terlihat jelas sekali, pantatnya yang mungil serta mulus dan kencang itu pasti juga akan terlihat oleh mata para crew rumah produksi itu. Ditambah lagi dia mengenakan baju backless dengan tali yang diikatkan dibelakang leher, ketika adegan film dimulai pasti payudaranya tidak akan tertutup sempurna oleh kostum syuting itu.

Di adegan film itu pasti banyak gerakan-gerakan yang harus diperankan, maka ketika Fera harus membungkuk pantat dan payudaranya akan terlihat jelas. Tema Film ini menceritakan tentang percintaan. Sampai pada akhirnya Fera keluar dari ruang ganti, ketika itu mata para crew yang berada di ruangan itu memandangi Fera penuh dengan nafsu birahi.

Crew yang berada di ruangan itu kurang lebih ada 19 orang laki-laki, dari mulai tukang sutradara sampai crew pencahayaan, hanya ada 1 wanita diruangan itu, yaitu Fera. Tak lama setelah itu sutradara mulai memanggil pemain aktor pasangan Fera, Aktor tersebut dikenal dengan nama Daniel. Aktor itu adalah salah satu andalan rumah produksi film itu.

Ketika sutradara berteriak action, Daniel-pun mulai memerankan adegan yang saat itu adegannya adalah memeluk Fera. Karena dia aktor andalan maka dia terlihat profesional sekali ketika memerankan adegan itu. Ekspressi Daniel saat itu terlihat perfect sekali, dia memeluk tubuh molek Fera dengan eratnya. Saat itu Fera hanya bisa menuruti semua perintah sutradara sesuai dengan adegan.

Adegan demi adegan-pun terus berlanjut, dalam adegan itu Fera dan Daniel berciuman beberapa kali, bahkan terkadang Daniel mencium bagian atas payudara Fera yang putih mulus itu. Sang sutradara yang saat itu mengamati adgean demi adegan dengan penuh nafsu yang tertahan, dalam fikiranya sebenarnya dia ingin sekali meniduri bintang baru itu ( Fera).

Produser dan pemilik rumah produksi itu tahu apa yang difikirkan sutradara itu, maka dari itu dengan tegas melarang sutradara itu. Walaupun demikian, sutradara itu terus

“ Cut… Cut… Cut…”, teriaknya,

Lalu disambung lagi perkataanya,

“ Daniel, kamu ini aktor andalan disini, sebenarnya kamu bisa nggk sih. Memeluk kekasih tu jangan kayak memeluk adik, Fell-nya dipakai dong !!! sini gue tunjukin caranya !!! ” teguran sutradara kepada Daniel.

Kemudian sutradara menghampiri Fera dan memeluknya dengan eratnya. Setelah memeluk sutradara itu menempatkan tangannya untuk meremas pantat kenyal milik Fera. Seiring dengan senyum kepuasan menghiasi wajah sutradara itu, Fera hanya bisa diam saja. Kemudian sutradara mulai memerankan adegan tadi, mulai dari mencium bibir sampai dengan meremas payudara Fera dengan penuh birahi.

“ Begitu caranya, nanti loe bawa dia ke ranjang untuk love scene, jagan lupa nanti fell-nya harus dapet… ngerti kan loe Daniel ?” ucapnya kepada Daniel.

Belum sampai daniel menjawab sutradara itu menimpa perkataanya lagi

“ Oh iya… biar dapet Fell-nya, loe harus rangsang Fera, ngertikan loe maksud Gue? ” ucap sutradara memberi arahan kepada Daniel.

Kemudian adegan dilanjutkan , kini Daniel mulai menciumi Fera dengan penuh nafsu , bahkan dia menyibak pakaian atas Fera dan menciumi payudara Fera , tidak ada protes dari sutradara. Saat akan masuk adegan love scene , Fera mengatakan dia malu kalau harus beradegan seperti itu dihadapan banyak orang, Fera meminta agar orang yang tidak berkepentingan untuk tidak ada di lokasi.

Saat itu sutradara menyetujui usulan Fera, saat itu juga maka sutradara menyuruh orang lain keluar kecuali kameramen dan tukang lampu , sisa crew yang lain keluar dengan serempak. Adegan-pun kembali berlanjut, Fera-pun mulau berbaring di tempat tidur dengan tubuh tertindih Daniel yang berada diatasnya. Daniel-pun mulai menciumi dan meremas payudara Fera.

Kemudian setelah itu Daniel mengangkat rok Fera ke atas, dengan melebarkan kaki Fera dan dengan satu tangan membuka celananya sendiri, Daniel mengeluarkan kejantanannya dan menggosok gosokannya di paha Fera. Saat itu juga Fera protes dengan adegan ini, namun dengan tenang Daniel mengatakan itu arahan dari sutradara.

Fera pun protes pada sutradara, namun sutradara berdalih ini dilakukan agar mendapatkan ekspresi orang yang sedang bercinta dan penuh birahi , dia juga mengatakan pada Fera bahwa yang akan direkam kamera hanya wajahnya saja, demi mendapat eskpresi birahi. Fera sempat menolak adegan ini , namun sutradara kembali mengingatkan akan surat perjanjian dan kontrak kerja.

Dia mengatakan kepada Fera, jika dia tidak megikuti instruksi sutradara, pengorbanan yang dilakukan selama ini akan gagal dan sia-sia. Mendengar ucapan itu Fera-pun tidak bisa bicara apa apa lagi, Dia hanya bisa kembali berbaring di tempat tidur bersiap melanjutkan adegan tadi. Adegan-pun diulang , adegan yang tadi diperankan diulang lagi.

Setelah adegan tadi terlewati, Daniel-pun menurunkan celana dalam Fera dan langsung mengarahkan kejantanannya ke bibir kewanitaan Fera. Fera memandang sutradara tanda dia keberatan dengan adegan ini , namun sutradara hanya mengangguk pelan dan tidak mengatakan apa apa. Fera berpikir bagaimana mungkin adegan seperti ini bisa lulus sensor.

Nampaknya ini semua tidak mungkin, sekalipun yang di rekam hanya bagian atas terutama ekspresi ( Fera baru tahu di kemudian hari apa tujuan shooting film ini).
Daniel kini mulai memompa tubuh Fera, dan Fera-pun sebenarnya mulai terangsang dan menikmati semua ini, dia-pun menggoyangkan pantatnya seirama dengan pompaan Daniel.

Baju Fera kemudian dibuka dan Daniel mulai menyedot-nyedot payudara Fera.
sutradara memerintahkan dua orang untuk melepas pakaian Daniel , hingga kini Daniel dan Fera telanjang bulat di ranjang dan sutradara terus merekam setiap detail adegan percintaan itu. geraman keras Daniel dan semburan di kewanitaan Fera menandakan pria itu sudah Klimaks, dan tidak berapa lama giliran Fera yang Klimaks.

Sutradara pun menutup adegan itu, dan Fera kemudian diberi selamat oleh semua orang yang ada disana, bahwa ia telah menyelesaikn adegan dengan baik.
Fera kemudian pergi ke toilet untuk membersihkan diri , dan ketika kembali ia melihat seorang lelaki muda yang tampan sedang berbicara dengan sutradara, dia adalah produser di rumah produksi ini , namanya Ando atau reza kalo tidak salah.

Sang sutradra ternyata sedang memuji muji Fera dihadapan sang Produser. Kemudian produser itupun kemudian menjanjikan akan mengorbitkan Fera menjadi superstar baru indonesia, dia-pun memberikan undangan bagi Fera untuk bertemu dengan beberapa eksekutif rumah produksi ini pada pukul 19.00 malam ini. Singkat cerita tibalah Fera di rumah Ando ( Produser).

Setelah masuk Fera-pun disambut sang sutradara dan membawanya ke dalam , ternyata di dalam sudah ada yang menunggu Fera, Yaitu Radit dan Willy. Mereka adalah pemilik rumah produksi ini, dengan enjoy-nya mereka menunggu Fera sambil menikmati minuman beralkohol. Mereka semua terlihat senang dan gembira ketika melihat kedatangan Fera.

Radit dan Willy-pun menyambut Fera dengan hangat, lalu mereka mempersilahkan Fera duduk dan kemudian mereka membicarakan karir Fera untuk di masa depan.
Setelah beberapa lama , Ando kemudian meminta Fera memakai pakaian yang dipakainya saat shooting tadi, dengan alasan untuk lebih meyakinkan Radit dan Willy.
Ketika itu Fera-pun setuju dan segera masuk ke ruang ganti.

Namun sebelum masuk ke ruang ganti , Ando mengingatkan agar tidak memakai apa apa lagi dibalik pakaian itu. tidak ada waktu untuk menolak, Fera setuju saja demi karirnya. Sesaat setelah Fera masuk dengan pakaian tadi, seluruh pria diruangan itu berdiri dan bertepuk tangan, mengagumi kecantikan dan kemolekan tubuh Fera. Namun demikian Fera merasa risih dengan pakaian ini.

Fera merasa risih terutama pada Ando yang duduk didepannya, pasti dia bisa melihat jelas, dengan putus asa Fera melipat kaki dan terus menarik narik rok pendek itu ke bawah , seolah akan bisa menutupi pahanya.Tugas Fera berikutnya adalah menari dengan pakaian itu. Fera pun mencoba menari dengan musik yang diputar oleh Ando. Tiba-tiba saja saat Fera melakukan gerakan memutar, rok pendeknya terangkat.

Hal itu secara otomatis menampakkan pantat dan kewanitaannya yang tidak tertutup.
Tidak berapa lama Ando-pun ikut bergabung menari dengan Fera , bahkan Ando sempat mencium bibir Fera, hal itu membuat Fera merasa malu. perlahan Ando mengajak Fera ke sofa dan mendudukan Fera di pangkuannya. Ando kembali sibuk mencium bibir Fera.

Dengam tangan kanan yang meremas payudara Fera, tangan kiri Ando-pun mulai bergerak ke arah kewanitaan Fera. ketika Radit, Willy dan sutradara kemudian pergi meninggalkan ruangan, Fera merasa lega, lalu Fera-pun membalas ciuman Ando dengan lebih panas. Pakaian atas Fera dilepas oleh Ando, kini dia leluasa meremasi payudara yang kenyal milik Fera itu.

Ketika itu Fera-pun membalas perlakuan Ando dengan membuka kancing dan sleting celana Ando dan mengeluarkan kejantanan yang sudah menegang itu. Tiba tiba Fera merasa pundaknya di sentuh seseorang, saat menoleh Fera terkejut dan panik melihat ketiga orang tadi telah kembali dan semuanya telanjang bulat. Fera mencoba bangkit namun Ando menahannya.

Sang sutradara yang bernama Melky , kemudian menarik kepala Fera dan dengan kasar mencoba memasukan kejantanannya ke mulut Fera. Saat kejantanan itu masuk ke mulutnya, Fera sedikit tersiksa dan tersedak karena kejantanan itu mencapai tenggorknnya. Ando mengingatkan untuk tidak melawan atau dia akan mengalami hal yang lebih menyakitkan.

Fera menyerah dan mulai mengulum kejantanan Melky. kemudian Ando berdiri dan melepaskan sisa pakaian yang masih melekat di Fera, dan menyuruh Fera unutk berbaring di karpet. Ando membuka lebar kaki Fera dan kemudian mengarahkan kejantanannya ke kewanitaan Fera, dan mulai memompanya. kejantanan Ando terasa sempit di jepitan kewanitaan Fera.

Radit tidak mau tinggal diam, ia meyuruh Fera membuka mulutnya dan ia pun memasukan kejantanan besarnya ke mulut mungil gadis cantik itu. dua orang yang lain sibuk bermain main dengan payudara Fera, sambil kejantanannya digenggam oleh tangan Fera. Setelah beberapa saat berlalu, mereka berganti posisi, kini giliran Melky yang menindih Fera.

Sekarang Posisi agak sedikit sukar, karena tubuh Melky lumayan gendut. Setelah Radit , giliran Willy yang menindih tubuh Fera dan memompanya dengan kasar.
Sementara Fera sendiri tidak dapat berdiam, mulutnya masih mengulum kejantanan Ando, dan kedua tangannya sibuk mengocok kejantanan Melky dan Radit. Dalam periode itu Fera sudah beberapa kali Klimaks.

Kemudian Ando menyuruh semuanya berhenti sejenak memberi nafas bagi Fera. namun sayang , adegan berikutnya malah lebih menyakitkan bagi Fera, saat kewanitaan Fera ditembus oleh Melky, pantatnya pun tiba tiba berusaha ditembus oleh Ando. Hal itu sangat menyakitkan bagi Fera, dia memohon dan menangis namun tidak di perdulikan.

Anus Fera terasa panas seaakan terbakar, dan ia tidak mampu bertahan lebih lama lagi , dia menangis dan meronta ronta berusaha melepaskan diri. Namun apa daya, kedua orang itu menahan kuat Fera, bahkan saat tangisan Fera makin keras. Melky yang saat itu menampar pipi Fera, bermaksud agar Fera berhenti menangis. Seakan siksaan Fera belum cukup, Radit malah menyodorkan kejantanannya ke mulut Fera.

Namun hanya sesaat, dia pun menarik kejantanannya kembali. Kini posisi Fera bagai sebuah sandwich, dengan Melky di depan dan Ando dibelakang. Radit berusaha mencari hiburan dengan meremas payudara Fera dan menyuruh Fera untuk mengocok kejantanannya. akhirnya Melky hampir mencapai Klimaks, dia menyuruh Fera membuka mulut dan dia pun menyemburkan air maninya di mulut Fera.

Tidak lama disusul oleh Ando yang juga menyemburkan air maninya di mulut Fera.
Masih belum cukup mereka masih menyuruh Fera mengocok ngocok semua kejantanan pria yang ada disana, dan kemudian menyemburkannya ke seluruh tubuh Fera, dan wajahnya, sehingga Fera bak bermandikan air mani saar itu. Fera akhirnya merasa tenang, karena semuanya sudah terpuaskan.

Fera-pun berbaring di karpet dengan menarik nafas panjang, sayang sekali, ternyata ini bukan akhir dari permainan sexs, karena ternyata Willy mengundang beberapa teman bisnisnya malam itu untuk juga menikmati tubuh bintang baru ini. Melihat ada lagi yang datang, Fera menangis dan memohon , karena ia sudah tidak sanggup lagi.

Tapi percuma saja Fera memohon, karena mereka tidak ada yang peduli dengan permohonan ampun Fera. Dengan terpaksa, Fera harus melayani nafsu ketujuh pria itu. sekarang malah terlihat seperti pemerkosaan massal, saat Fera hanya satu satunya perempuan yang harus menjadi object seksual. Semalam suntuk, mereka berganti posisi dan gaya , menyetubuhi Fera.

Sampai pada akhirnya mereka semua terpuaskan, Fera tidak bisa bangun dan hanya terbaring lemah di karpet di kelilingi para Bos dunia hiburan. Fera pun jatuh tertidur.
Singkat cerita pada pagi harinya, seluruh tubuh Fera terasa sakit, bahkan dia tidak mampu untuk bangun. Orang orang itu ternyata punya rasa iba juga, mereka membawa Fera ke kamar mandi, memandikannya dan memakaikannya pakaian, lalu mengantar pulang Fera kerumahnya.

Singkat cerita tidak terasa sudah 1 bulan berlalu semenjak kejadian malang yang di alami Fera itu. Pada akhirnya sesuai janji, Fera-pun diorbitkan, dan pada akhirnya Fera menjadi seorang bintang muda berbakat di rumah produksi mengeksposnya secara besar-besaran agar namanya cepat meroket, berbagai gosip dirancang agar namanya tetap beredar di masyarakat.

Namun, di balik layar tetap saja Fera masih harus menjadi budak seks para petinggi rumah produksi itu. Meski-pun mereka tidak lagi memakai Fera secara masal, namun Fera harus selalu menuruti panggilan panggilan mereka sewaktu waktu. Fera sudah melihat contoh para artis yang menolak bekerja sama dengan meraka. Yang menolak pasti akan didera gosip yang tidak mengenakkan, dan tidak lagi dilibatkan dalam produksi, dan yang lebih parahnya lagi, adegan bugil bahkan video seksnya bisa saja beredar di kalangan luas terutama di internet. Selesai.

Cerita Dewasa Kupuaskan Pengantin Baru

kali ini menceritakan pengalaman Sex dari seorang Pria Yang bernama Romi. Berawal dari Romi yang mengintip pasangan pengantin baru yang sedang bersetubuh, yaitu Mas Alex dan Mba’ Rika. Karena saat itu Romi melihat Mba’ Rika tidak pernah puas dengan suaminya, maka Romi mengambil inisiatif untuk memuaskan Mba’ Rika. Mau tahu kelanjutan ceritanya, Langsung aja yuk baca dan simak baik baik cerita dewasa ini.


                                                        Cerita Dewasa Kupuaskan Pengantin Baru

Perkenalkan nama saya Romi, saya lelaki yang cukup dewasa karena saya telah berusia 26 tahun. Keadaan saya sekarang adalah seorang pekerja di salah satu perusahaan plastik. Disini saya akan menceritakan tentang kisah sexs saya dengan istri tetangga kamar kontrakan-kan saya. Kisah ini berawal dari sore itu, saya terbangun. Kulihat jam di dinding dikamarku menunjukkan pukul 16.00 WIB.

Pada sore hari itu saya iseng-iseng untuk memanjat dinding tembok pembatas kamarku, dan kamar sampingku yang ditempati oleh pasangan pengantin baru, yaitu Mas Alex dan Mba’ Rika. Saat itu saya Cuma bermaksud melihat aktivitas tetangga sebelahku melalui Fentilasi. Setelah saya lihat ternyata mereka sedang tiduran sambil mengobrol di atas ranjang.

Saat itu saya mengawasi terus kegiatan mereka, saat itu kulihat Mas Alex hanya memakai singlet, begitu juga Mba’ Rika yang hanya memakai baju dalam. Mentang-mentang mereka pengantin baru didalam kamar hanya memakai pakaian dalam saja. Saat itu saya berharap kepada meraka agar mereka segera berhubungan sexs.hhe. tidak lama setelah itu, Mas Alex dan Mba’ Rika berbicara sambil berpelukan.

Karena posisiku saat itu lumayan jauh dan hanya melihat dari sela fetilasi, maka saya kurang bisa menangkap apa yang mereka bicarakan. Saat itu sesekali Mba’ Rika tertawa, dan Beberapakali pula saya amati Mas Alex meremas buah dada Mba’ Rika. Setelah sekian lama saya menunggu, pada akhirnya yang saya harapkan terjadi juga.
Tiba-tiba Mas Alex membuka celana pendeknya dan memegang tangan Mba’ Rika.

Lalu Mas Alex saat itu menyuruh Mba’ Rika memegang kejantanan Mas Alex. Mba’ Rika kelihatannya menurut dan memasukan tangannya ke dalam celana boxer Mas Alex, tetapi baru sebentar sudah ditariknya kembali, tampaknya Mba’ Rika menolak. Yahhhh, baru disuruh gitu aja nggak mau, apalagi kalau disuruh nyepongin, ucapku dalam hati kecewa.

Namun kekecewaanku terobati karena sejurus kemudian Mas Alex tiba-tiba bangkit dari tempat tidur dan melepas celananya. Kini dia hanya berCD (celana dalam) dan bersinglet. Kemudian Mas Alex-pun memeluk Mba’ Rika. Saya tersenyum kegirangan, keinginanku untuk melihat keduanya bercinta tampaknya akan terpenuhi

Tidak lama kemudian, Mas Alex-pun melepas pelukannya dan Mba’ Mba’ Rika-pun mulai melepas celananya. Kini sama seperti suaminya, Mba’ Rika hanya bersinglet dan berCD (celana dalam). Kulihat pahanya, putih dan mulus sekali.Kemudian mendadak Mas Alex mengeluarkan kejantanannya dari CD (celana dalam)nya. Kecil sekali, dibandingkan punya saya, ucapku dalam hati melihat kejantanan Mas Alex.

Mas Alex-pun langsung menghimpit Mba’ Rika, tampaknya Mas Alex akan ber-penestrasi Mba’ Rika. Kulihat Mba’ Rika memelorotkan CD (celana dalam)-nya hanya sampai sebatas paha saja. Sejurus kemudian saya melihat pelan Mas Alex memasukkan kejantanannya ke dalam lubang kewanitaan Mba’ Rika yang tertutup rambut kewanitaan.

Setelah kejantanan Mas Alex masuk keseluruhannya ke dalam liang senggama Mba’ Rika, Mas Alex langsung memeluk Mba’ Rika sambil menciumnya bertubu-tubi. Itu dilsayakan cukup lama.Saya sedikit keheranan kenapa Mas Alex tidak melsayakan genjotan, tidak mendorong-dorong pinggulnya. Mas Alex hanya diam memeluk Mba’ Rika.

Payah nih, ini pasti karena Mas Alex nggak tahan bermain lama, nggak seperti saya ucapku dalam hati, tertawa, merasa unggul dari Mas Alex. Disinilah saya mulai melihat adanya kesempatanku untuk turut melsayakan tumpangsari pada Mba’ Rika.Ditambah lagi, kejadian itu hanya berlangsung sangat singkat, sekitar 7 menit. Meskipun Mba’ Rika bisa mencapai klimaksnya, tetapi Mas Alex terlalu cepat.

Saya me-nangkap kekecewaan di muka Mba’ Rika, meski Mba’ Rika berusaha tersenyum setelah permainan itu, tapi saya yakin ia tidak puas dengan permainan Mas Alex. Dari hasil pengintaian saya kemarin, hal itu membuatku mengambil kesimpulan, ada kemungkinan saya bisa menyetubuhi Mba’ Rika dan merasakan nikmat tubuhnya, kalau perlu saya juga akan menanam benih di rahim Mba’ Rika, Itulah tekadku.

Dari kejadian itu saya-pun mulai menyusun rencana. Kebetulan Mas Alex itu belum bekerja, ada kesempatan bagiku untuk membuatnya berpisah cukup lama dari Mba’ Rika. Apalagi saya punya kenalan yang bekerja di perusahaan, namanya Totok.Siang ini saya menjumpai Totok di kantornya,

“ Hai Rom, apa kabar ? ”, tanya Totok sambil menjabat tanganku.

“ Baik nih Tok ”, jawabku sambil ter-senyum.

“ Oh iya, duduk dulu deh Rom, biar enak kita ngobrolnya ”, ucap Totok mempersilahkanku.

Setelah saya duduk di kursi kantornya yang empuk itu, saya mulai mengajukan permintaan,

“ Tok, saya butuh bantuanmu ”, ucap saya.

“ Oh, itu semua bisa diatur, emang bantuan apa ni Rom ? ”, tanya Totok.

“ Aku butuh pekerjaan nih Tok ”, ucapku.

“ Ouh kerjaan, itu gampang Rom, memangnya kamu ingin diposisi apa dan minta gaji berapa ??? ”, tanya Totok.

“ Bukan buat aku maksudnya Tok, tapi ini untuk orang lain ”, terang saya.

“ Hmmm… memangnya untuk siapa ? ”, tanya Totok.

“ Untuk temanku, Mas Alex namanya Tok, kamu wawancarai, tempatkan di mana saja kamu suka, nggak perlu tinggi-tinggi betul jabatannya ”, terang saya.

“ Aneh...tapi jika itu maumu, yaa tidak apa-apa ”, jawabnya.

“ Yang penting kamu wawancarai dia cukup lama, dan kamu wawancarnya kalau bisa diulang sampai beberapa kali gitu Tok ”, terangku pada Totok.

“ Oke deh Rom, kalau itu semua kemauan kamu ”, jawab Totok menuruti saya.

“ Tapi... nanti jadwal wawancara-nya saya yang tentuin ya Tok, hhe… Gimana, bisakan Tok ??? ”, pintaku lagi pada Totok.

“ Ah, kamu ini ada-ada aja deh Rom, yaudah deh terserah kamu aja deh Rom ”, ucap Totok mengiyakan kemauan saya.

Maka saat itu mulailah saya menyusun jadwal interview Mas Alex, mulai lusa, hari rabu sampai jumat dari jam 07.00 sampai 10.00 pagi.Totok menyetujuinya, kemudian saya permisi pulang. Dalam perjalanan pulang, hatiku sangat senang, sudah terbayang nikmatnya tubuh Mba’ Rika itu. Sesampainya di kos-kosanku, saya langsung bertemu dengan Mas Alex di tempat cuci,tampak Mas Alex sedang menyuci bajunya.

“ Mas... saya ingin bicara sebentar ”, ucapku mulai membuka percakapan.

Saat itu Mas Alex-pun menoleh dan menghentikan pekerjaannya,

“ Ada apa Rom ??? ”, tanya Mas Alex.

“ Begini nih Mas, saya dengar Mas Alex mencari pekerjaan, kebetulan tadi saya ke tempat teman saya, dia perlu pegawai baru, dia-nya sih malas menaruh iklan di koran, soalnya dia hanya butuh satu orang ”, ucapku panjang lebar menjelaskan.

Saat itu saya sedikit berdebar-debar karena menunggu tanggapan Mas Alex. Setelah beberapa saat Mas Alex kulihat terdiam, merenung, lalu

“ Hmmm... saya pikir dulu, sebelumnya terima kasih ya Rom ”,ucap Mas Alex.

“ Ya Mas sama-sama… ”, ucapku dengan senyuman.

Saat itu dalam hatiku, saya berpikir habislah sudah kesempatanku, tapi setelah di dalam kamar, sekitar 1 jam kemudian saya yang tertidur, terbangun oleh ketukan di pintu. Saya lalu bangun, mengucek-ngucek mata saya, melihat dari jendela. Tampak Mas Alex berdiri menunggu. Saya-pun cepat-cepat membuka pintu.

“ Wah... sedang tidur ya, kalau gitu nanti saja deh ”,ucap mas Mas Alex akan pergi lagi.

“ Enggak kog Mas, saya sudah bangun nih ”, ucapku berusaha mencegah Mas Alex pergi.

“ Gangguin tidur kamu nggak ? ”, tanya Mas Alex.

“ Ndak... masuk saja Mas ”, ucapku mempersilahkan.

Setelah kami berdua duduk di karpet kamarku, lalu…

“ Begini, ini soal lamaran kerja yang kamu bilang itu, tempatnya di mana sih ? ”, tanya Mas Alex.

“ Ooo...itu di Kaliurang km 10 nomor 17, nama perusahaannya PT. A, nggak jauh kok Mas ”, terangku.

“ Syaratnya apa aja ya Rom kira-kira ? ”, tanya Mas Alex.

“ Saya kurang tau juga tuh, Mas Alex pergi saja ke sana. temui teman saya, Totok, katakan Mas butuh pekerjaan ”, tahunya dari Romi.

“ Wah...kok rasanya kurang enak ya, seperti nepotisme saja… ”, Mas Alex sepertinya keberatan.

“ Enggak... nggak... kog, perusahaan-nya besar, Mas ke sana juga belum tentu diterima, Mas tetap melalui tes dulu ”, ucapku meyakinkan Mas Alex.

“ Hmmm...baiklah, saya coba dulu deh Rom, jam berapa ya ke sana ? ”, ucap Mas Alex.

“ Sekitar jam kerja saja baiknya, jam 07.00 pagi saja Mas ”, ucapku menyarankan.

Mas Alex hanya mengangguk tersenyum, lalu permisi seraya tak lupa berterima kasih kepadsaya. Saya hanya tersenyum, berarti selangkah lagi keinginanku tercapai. Hari ini selasa, sesuai pre-diksiku, Mas Alex pagi-pagi sudah berangkat, dan sekitar jam 11.00 siang baru pulang.Saya menuju ke kamarnya, lalu mengetuk pintu,

“ Assalamualaikum ”, saya memberi salam.

Waalaikumussalam, terdengar jawaban Mas Alex dari dalam kamarnya.Lama baru pintu dibuka, dan Mas Alex mempersilahkanku untuk masuk. Kulihat di dalam kamarnya, istrinya tengah duduk di pinggir tempat tidur dengan me-makai jilbab putih, tersenyum pada saya. Mba’ Rika tampak cantik sekali.

“ Bagaimana Mas, tadi ? ”, tanya saya.

“ Oh...nanti saya disuruh ke sana lagi, besok untuk interview Rom ”, ucap mas Alex.

“ Alhamdulillah, saya doakan supaya keterima ya Mas ”, ucapku berbasa-basi.

“ Terima kasih ya Rom ”, ucapnya.

Setelah berbasa - basi cukup lama, saya pun permisi,

“ Eehh...nanti dulu, kamu khan belum minum ”,ucap Mas Alex berusaha mencegahku.

“ Ayo Mah buatkan air minumnya dong ”, perintah Mas Alex me-nyuruh istrinya.

Saya menolak dengan halus,

“ Ah nggak usah Mas, saya sebentar aja kog, soalnya saya ada urusan ”, ucapku berpura-pura.

“ Oh baiklah kalau begitu, sekali lagi terima kasih ya ”, ucap Mas Alex.

Saya tersenyum mengangguk, kulihat Mba’ Rika tidak jadi membuat minuman. Saya pun pergi ke ka-marku, riang karena sebentar lagi adikku akan bersarang dan menemukan pasangannya.

Hari ini rabu, Mas Alex sudah berangkat dan meninggalkan Mba’ Rika sendirian dikamarnya. Rencana mulai kulaksanakan. Saya membongkar beberapa koleksi kaset pornoku, memilih salah satunya yang saya anggap paling bagus, kaset porno dari Indonesia sendiri, lalu membungkusnya dengan kertas merah jambu.Kemudian sambil membawa bungkusan Kaset itu, saya menuju ke kamar tetangga saya, mengetuk pintu,

“ Assalamualaikum, saya mem-beri salam. Lama baru terdengar jawaban,

“ Waalaikumsalam ”, sahut Mba’ Rika dari dalam kamar itu.

Tidak lama pintunya-pun terbuka, kulihat Mba’ Rika melongokkan kepalanya yang berjilbab itu dari celah pintu,

“ Ada apa ya ? ”, tanya-nya.

“ Ini ada hadiah dari saya, saya mau memberikan kemarin tetapi lupa ucapku sambil menunjukkan bungkusan Kaset itu ”, ucapku.

“ Oh, baiklah ”, ucap Mba’ Rika sambil bermaksud mengambil bungkusan di tanganku itu.

“ Eee...tunggu dulu Mba’, ini isinya Kaset, saya mau lihat apa bisa muter nggak di komputernya Mas Alex ”, ucapku mengarang alasan.

Sedikit keberatan kelihatannya, akhirnya Mba’ Rika mempersilahkanku untuk masuk, saya yakin dia juga kurang ngerti tentang komputer. Di dalam kamar, saya menghidupkan komputer dan mengoperasikan program dvd playernya, lalu kumasukkan kaset-ku itu dan kujalankan. Sesuai dugaanku Kaset itu berjalan bagus.

“ Mba’ pingin nonton ? ”, tanya saya sambil melihat Mba’ Rika yang sedari tadi duduk di belakang memperhatikanku.

“ Film apa sih ? ”, tanya Mba’ Rika kepada saya.

Pokoknya bagus deh Mba’ filmnya ”, ucapku.

Kemudian memberikan pe-tunjuk bagi Mba’ Rika , bagaimana cara menghentikan player dan mematikan komputernya. Mba’ Rika hanya mengangguk, lalu kupermisi untuk pergi mumpung filmnya belum masuk ke bagian intinya. Pintu kamar tetangga saya itu-pun kembali ditutup, saya bergegas ke kamarku, mau mengintip apa yang dilsayakan Mba’ Rika.

Setelah di kamarku. melalui Fentilasi kulihat Mba’ Rika menonton di depan komputer. Dia tampaknya kaget begitu melihat adegan porno langsung hadir di layar monitor komputer itu. Dengan cemas saya menantikan reaksinya. Menit demi menit berlalu hingga sudah 15 menit kulihat Mba’ Rika masih tetap menonton. Saya senang berarti Mba’ Rika menyukainya.

Lalu terjadi sesuatu yang lebih dari saya harapkan, tangan Mba’ Rika saat itu mulai masuk ke dalam dalam roknya, dan bergerak-gerak di dalam rok itu.

“ Ssssss... Oughhhh... Aghhhhh… ”, desahnya mulai terdengar.

Suara Mba’ Rika mendesah-desah , tampaknya merasakan kenikmatan.Saya kaget, Wah, hebat ternyata ber-masturbasi ucapku dalam hati. Rasanya saat itu saya ingin segera masuk ke kamar Mba’ Rika, kemudian memeluk dan langsung menyetubuhinya. Saat itu masih hanya angan-angan, tapi saya sadar, ini perlu proses dan hal ini tidak semudah seperti yang saya katakan tadi.

Akhirnya saya memutuskan untuk tetap mengintip, dan berinisiatif mengukur kemampuanku. Sayapun mulai melsayakan onani dengan memain-mainkan kejantananku. Film di komputer itu terus berjalan, kira-kira hampir 1jam lamanya, pertanda film itu akan habis dan Mba’ Rika kulihat sudah empat kali klimaks, luar biasa.

Dan ketika filmnya berakhir, Mba’ Rika ternyata masih me-neruskan masturbasinya hingga menggenapi klimaksnya menjadi lima kali.

“ Aghhhhhh... ”, Mba’ Rika terpekik pelan menandai klimaksnya.

Sesaat setelah klimaks Mba’ Rika yang kelima saya-pun ejakulasi.

“ Oughhhhh... ”, suara berat-ku mengiringi luapan air mani di tanganku.

Saya senang sekali, berarti saya lebih tangguh dari Mas Alex dan bisa memuaskan Mba’ Rika nantinya karena bisa klimaks dan ejakulasi bersamaan.Kemudian Mba’ Rika sesuai petunjukku, kulihat mengeluarkan Kasetnya dan mematikan komputer. Setelah siang hari, Mas Alex baru pulang. Sedikit berdebar-debar saya menunggu perkembangan di kamar tetangga saya itu.

Saya takut kalau Mba’ Rika ngomong macam- macam soal Kaset itu, bisa berabe saya. Tetapi kelihatannya tak terjadi apa-apa. Kembali saya mengintip lewat Fentilasi, apa yang terjadi di sebelah. Begitu saya mulai mengintip, saya kaget ! Karena kulihat Mba’ Rika dalam keadaan hampir bugil. Saat itu Mba’ Rika hanya memakai CD (celana dalam) dihimpit oleh Mas Alex.

Lalu mereka-pun mulai bersetubuh. Namun seperti yang dulu-dulu, permainan itu hanya berlangsung sebentar dan tampaknya Mba’ Rika kelihatan tidak menikmati dan tidak bisa mencapai klimaks. Bahkan saya melihat Mba’ Rika seringkali kesakitan ketika penetrasi atau ketika buah dadanya diremas. Bagaimanapun saya senang, langkah kedua saya berhasil.

Hal itu membuat Mba’ Rika tidak bisalagi mencapai klimaks dengan Mas Alex. Prediksiku, Mba’ Rika akan sangat tergantung pada Kaset itu untuk kepuasan klimaksnya, sedangkan cara menghidupkan Kaset itu hanya saya yang tahu, disinilah kesempatanku. Hari Kamis, pukul 09.00 pagi, saya bangun dari tidur, mempersiapkan segala sesuatunya.

Kebetulan saat itu hari cuti bersama diperusahaan saya, pas sekalikan para pembaca. Hari ini bisa jadi saat yang sangat bersejarah bagiku. Kemarin saya telah mengintip Mba’ Rika dan Mas Alex seharian, mereka kemarin ber-setubuh hanya 2 kali, itupun berlangsung sangat cepat, dan yang penting bagiku, Mba’ Rika tidak bisa klimaks.
Malam kemarin saya juga sudah bersiap-siap dengan minum segelas jamu kuat, yang bisa menambah kualitas sperma saya.

Pada pagi hari itu, setelah saya mandi, saya berpakaian sebaik mungkin, parfum beraroma melati kuusapkan ke seluruh tubuhku, rambutku juga sudah disisir rapi. Lalu dengan langkah pasti saya melangkah ke tetangga sebelahku, Mba’ Rika yang sedang sendirian. Kembali saya mengetuk pintu kamarnya pelan,

“ Selamat pagi Mba’ ”, ucapku msembari mengetuk pintu Mba’ Rika.

“ Iya, siapa yah ”, suara lembut Mba’ Rika menyahut dari dalam kamar.

Mba’ Rika-pun membuka pintu, kali ini dia berdiri di depan pintunya, tidak seperti kemarin yang hanya melongokkan kepala dari celah pintu yang se'dikit terbuka. Saat itu dia memakai jilbab biru dengan motif renda, terlihat sangat manis sekali,

“ Oh kamu Rom, kenapa lagi Rom kamu kesini ??? ”, tanya Mba’Rika.

“ Gini Mba’, saya kemarin lupa memberitahukan cara mengeluarkan kaset yang kemarin Mba’ ”, ucapku sambil tersenyum.

Tiba-tiba raut muka Mba’ Rika menjadi sangat serius,dan berkata

“ Kamu bener-bener kurang ajar ya Rom, masa kamu muterin Kaset porno pada Mba’ ”, kata Mba’ Rika sedikit keras.

Saat itu saya terkaget, ternyata dia marah. Lalu saat itu juga saya cepat mengarang alasan,

“ Wah… maaf Mba’, kaset itu adalah hadiah dari teman saya Mba’, setahu saya isi kaset itu adalah film humor, maafin saya ya Mba’, kasetnya tertukar, yaudah saya ambil lagi ya Mba’ kasetnya, sekali lagi maafkan saya ya Mba’ ”, ucapku.

Saat itu Mba’ Rika tidak menjawab, lalu dia masuk ke dalam kamarnya. Saat itu dia tampak kecewa, saya senang berarti dia takut kehilangan Kaset itu. Lalu saya-pun masuk ke kamarnya melalui pintu yang sedari tadi terbuka. Mba’ Rika kaget, melihatku mengikuti langkahnya,

“ Eeeh... kamu kok ikut masuk juga ??? ”, ucap Mba’ Rika.

Saat itu sambil menutup pintu kamar Mba’ Rika, dengan tenang saya menjawab,

“ Ahhh... Mba’ jangan munafiklah, toh Mba’ juga menyukai kaset porno itu, saya lihat Mba’ sampai masturbasi segala ”, ucapku dengan tegas.

“ Kurang ajar kamu ya Rom, keluar nggak kamu !!! Kalau tidak saya akan berteriak ”, gertak Mba’ Rika.

“ Mba’ jangan marah dulu, coba Mba’ pikirkan lagi, sejak menonton Kaset itu, Mba’ tidak bisa lagi klimaks dengan Mas Alex khan ”, ucapku sembari merebut kaset itu dan mematahkannya. Seketika itu Mba’ Rika terkejut,

“ Ka… kamu... ”.

Belum sempat dia menyelesaikan kata-katanya, saya memotongnya,

“ Saya bersedia memberikan kepuasan kepada Mba’ Rika, saya jamin Mba’ Rika bisa klimaks bila main dengan saya ”, rayuku.

“ Kurang ajar, Keluar kamu !!! ”, gertaknya lagi.

“ Oh tidak bisa, tidak segampang itu Mba’ mengusir saya, ayolah Mba’ Rika jangan marah !!! pikirkan dulu, saya satu-satunya kesempatan, bila Mba’ Rika tidak memakai saya, seumur-umur Mba’ Rika nggak akan pernah mencapai klimaks lagi ”, ucap saya terus menghasutnya.

Saat itu Mba’ Rika terdiam sebentar, saya senang dan berpikir dia mulai termakan rayuanku, namun,

“ sekali tidak ya tidak, kamu ngerti nggks sih ??? keluar kamu !!!! ucap Mba’ Rika membentak saya lagi.

Sebenarnya saat itu saya mulai takut dan gemetar, tapi saat itu sudah terlanjur basah, maka saya terus berusaha untuk merayu Mba’Rika dan berkata,

“ Sebaiknya Mba’ pikirkan lagi, di sini cuma saya yang mengajukan diri memuaskan Mba’, saya satu-satunya kesempatan Mba’, kalau Mba’ tidak mengambil kesempatan ini, Mba’ akan menyesal seumur hidup… ”, ucapku sedikit tegas.

Lama kulihat Mba’ Rika terdiam, bahkan dia kini terduduk lemas di samping ranjangnya. Saya pura-pura mengalah,

“ Ya udahlah, jika Mba’ tidak mau, saya pergi saja, saya itu cuma kasihan ngelihat Mba’ ”, ucapku sambil beranjak pergi.

Tetapi kulihat Mba’ Rika hanya diam terduduk di ranjangnya, saya membatalkan niatku, pintu yang telah terbuka kini kututup lagi dan kukunci dari dalam. Perlahan saya mendekati Mba’ Rika, kulihat dia menangis,

“ Mba’, jangan menangis gitu dong, tidak ada maksud saya sedikitpun menyakiti Mba’, ucapku sambil mulai menyeka air matanya dengan tanganku.

Lalu pelan-pelan kupegang pundak Mba’ Rika dan kudorong pelan dia agar berbaring di ranjang. Ternyata Mba’ Rika hanya menurut saja, saya senang sekali saat itu, ternyata rayuanku berhasil meruntuhkan pendiriannya.Kemudian saya mulai membuka resleting celana panjangnya, saat itu dia tampaknya inign menolak, namun saat itu saya dengan santai menepis tangannya.

Saya-pun melanjutkan aksi saya dengan memasukkan tanganku ke dalam celana Mba’ Rika. Tanganku masuk kedalam CD (celana dalam)nya, lalu langsung jariku menuju ke tengah lubang birahinya. Saya sudah terburu nafsu, mencucuk-cucukkan jemariku ke dalam lubangitu berkali-kali.

“ Aghhhhh... Ssss… Aghhhhhhh ”,desahan Mba’ Rika mengiringi setiap aksi jemariku.

Saya ingin membuatnya terang-sang dan mencapai klimaks. Lalu dengan cepat kutarikcelana pan-jang dan kolornya, sehingga terlihatlah pahanya yang putih dan mulus, saya langsung mencium paha mulus itu bertubi-tubi, menjilat paha putih Mba’ Rika dengan merata. Sayapun mengincar klitoris Mba’ Rika yang tersembul ke luar dari bagian atas liang senggama-nya.

Tanpa buang waktu saya langsung mengkulum klitoris itu di dalam mulutku,

“ Eummm... sruppp… eummmm... sruppp… sruppp ”, suara lidahku menari-nari di di klitoris-nya, ssembari sesekali kugigit pelan-pelan klitoris Mba’Rika.

“ Aghhhh... Oughhhhh... Sssssss… Rom… Aghhhhhh ”, desah Mba’ Rika mulai terdengar.

Saat itu tanganku semakin kupercepat menusuk liang senggama Mba’ Rika dan lidahku makin menggila menari-nari di atas klitorisnya itu. Perlahan kubimbing Mba’ Rika mencapai puncaknya, hingga akhirnya...

“ Oughhhhhhhhhhhhhhh…. ”, terdengar pekikan pelan Mba’ Rika mengiringi klimaksnya.

Pada saat itu saya melihat jemari tanganku sudah basah, hal itu bukan karena liurku melainkan karena lendir kawin Mba’ Rika yang telah basah. Saya mencium kewanitaan itu, tercium bau khas cairan kewanitaan wanita yang klimaks. Saya tersenyum, hatiku senang karena bisa membawa Mba’ Rika mencapai klimaksnya.
Tetapi saya tidak berhenti sampai di situ saja.

Setelah memelankan permainan jariku di liang senggama-nya, kini permainan jari saya-pun kembali kupercepat. Terdengar desahan Mba’ Rika,

“ Aghhhh... Oughhhh... yeaah... ”, Mba’ Rika mulai meracau.

Sementara tangan kiriku beroperasi di kewanitaan Mba’ Rika, tangan kananku mulai meremas blus Mba’ Rika, dengan cepat tangan kananku merobek blus itu dan menarik kutangnya hingga menyembullah buah dada Mba’ Rika yang indah membukit.Kemudian saya menghisap kedua puting itu sambil tangan kananku meremas buah dada Mba’ Rika bergantian,

“ Slurrpp... slrrrrpp... .slluuurpp ”, suara hisapan saya pada puting Mba’ Rika.

Dan saat itu-pun desahan Mba’ Rika mulai terdengar di telinga saya,

“ Ughhhh… Aghhhh... terus... Rom… terusin... Sssss… ”, ucapnya.

Saat itu dengan tangan kiriku tetap beraksi di kewanitaan Mba’ Rika. Kini mulutku mulai merangkak maju menuju bibir Mba’ Rika yang mendesah-desah, begitu wajah kami bertatapan, kulumat bibir mungil itu dalam-dalam, Mba’ Rika sedikit kaget,

“ Oughhhh... eummm... slurpppp ”,

Saat itu Mba’ Rika tidak bisa lagi bersuara, karena bibirnya telah kulumat, dan lidahnya kini-pun bertemu dengan lidahku yang mulai menari-nari didalam mulutnya. Saat itu saya memang berusaha membimbing Mba’ Rika agar klimaks untuk kedua kalinya. Agar di saat klimaksnya itu saya bisa memasukan kejantananku, mempenetrasi kewanitaannya.

Karena saya sadar penetrasi itu akan sangat sakit karena ukuran kejantananku lebih besar dari punya Mas Alex yang biasa masuk.Sambil mencium dan merang-sang liang senggama Mba’ Rika, tangan kananku mulai melepas celana panjangku dan boxer, lalu melemparkannya ke lantai. Tangan kananku mengelus - elus Torpedoku yang terasa mulai mengeras.

Setelah sekian lama, pada akhirnya Mba’ Rika mencapai klimaksnya untuk yang kedua kali,

“ Oughhhhh... Ssssssssssssssss…. Enak Rom… Aghhhhhhh ”, desah Mba’ Rika.

Mba’ Rika mengerang, tetapi belum selesai erangannya, saya langsung menusukkan kejantananku pelan-pelan ke dalam kewanitaannya.

“ Ughhhh… Ssss… Aghhhhh…”, suara Mba’ Rika terpekik.

Saat itu diiringi dengan atanya sayup-sayup menatap syahdu ke arahku, saya tersenyum.Sayapun mengambil posisi duduk dan mengangkangkan kedua paha Mba’ Rika dengan kedua tanganku, lalu kulsayakan penetrasi Torpedoku pelan-pelan lama kelamaan menjadi semakin cepat.

“ Clepppp… Slerppp... Pyekkk… Pyekkk… Pyekkk… ”, suara kewanitaan yang mulai basah karena kejantananku mulai terdengar.

Lalu Mba’ Rikapun berkata,

“ Oughhhhh... yeaaah... terus Rom, Oughhh… Sssss… Aghhhh… ”, racau Mba’ Rika mulai tidak terkendali.

Saat itu sayapun semakin mempercepat genjotan, kini kedua kakinya saya sandarkan di pundakku, dengan posisi pinggul Mba’ Rika sedikit kuangkat lalu saya-pun terus mendorong pinggulku berulang-ulang. Sementara dengan sekali sentakan kulepaskan jilbabnya, tampaklah rambut hitam sebahu milik Mba’ Rika yang indah, sambil menggenjot saya membelai rambut hitam itu.

“ Oughhhh... Oughhhhh... Ssss… aghhhh… ”, desah kami saling beriringan.

Suara desahanku dan Mba’ Rika terus terdengar bergantian seperti irama musik alam yang indah.Setelah lama, saya mengubah posisi Mba’ Rika, badannya kutarik sehingga kini dia ada di pangkuanku dan kami duduk berhadap-hadapan, sementara kejantananku dan kewanitaannya masih menyatu. Tanganku memegang pinggul Mba’ Rika, membantunya badannya untuk naik turun.

Kepala saya kini dihadapkan pada dua buah dada montok yang segar dan berayun-ayun akibat gerakan kami berdua. Saat itu saya-pun langsung membenamkan kepala saya ke dalam kedua buah dada itu, menjilatnya dan menciumnya be-gantian.Tak kusangka genjotanku membuahkan hasil, tak lama... .

“ Ughhhh… Ssss… Oughhhhh... ”, desah Mba’’ Rika.

Desahan panjang Mba’ Rika itu pertanda bahwa Mba’ Rika telah klimaks, saat itu kepalanya mendongak menatap langit-langit kamarnya saat. Saya senang sekali, kemudian kupelankan genjotanku dan akhirya kuhentikan sesaat. Lama kami saling bertatap-tatapan, saya lalu mencium mesra bibir Mba’ Rika dan Mba’ Rika juga menyambut ciumanku.
Saat itu kami-pun saling berciuman dengan mesra, sungguh nikmatnya. Tidak lama saya-pun menghentikan ciumanku, saya kaget, Mba’ Rika ternyata menangis, lalu aku bertanya,

“ Kenapa Mba’ Rika ? saya menyakiti Mba’ ya ??? ”, tanya saya lembut penuh sesal.

Dengan masih terisak karena menangis, Mba’ Rika menjawab,

“ Nggak kog Rom, kamu justru telah membuat Mba’ bahagia, sebelumnya Mba’ belum pernah merasakan kebahagian seperti bersama suami Mba’”, ucapnya.

Kami berdua tersenyum, ke-mudian pelan saya baringkan Mba’ Rika. Perlahan saya mengencangkan penetrasiku kembali.Sambil meremas kedua payu-daranya, saya membolak-balikkan badan Mba’ Rika ke kiri dan ke kanan. Kami berdua mendesah bergantian,

“ Aghhhh... Aghhhh... Aghhhh… ”, desahku.

“ Oughhhh... Oughhhhh... Ssss… aghhhh… ”, desah Mba’ Rika .

Sampai pada akhirnya saya mulai merasakan urat-uratku menegang dan cairan kejantananku seperti berada di ujung, siap untuk meledak.Saya ingin melsayakannya ber-sama dengan Mba’ Rika. Untuk itu saya memeluk Mba’ Rika, menciumi bibirnya dan membelai rambutnya pelan. Usaha saya berhasil karena perlahan Mba’ Rika kembali terang-sang, bahkan terlalu cepat.Dalam pelukanku kubisikkan ke telinga Mba’ Rika,

“ Ughhhh…Tahan... tahan... Mba’, kita keluarkan bersama-sama ya Mba’, Ssss… Aghhhhh… ”, ucap saya menahan Mba’ Rika.

“ Oughhhh...Ssss... saya udah tidak tahan lagi Rom… Oughhhh…”, ucap Mba’ Rika, sembari mendesah.

Saat itu saya melihat matanya terpejam kuat menahan klimaksnya.

“ Pelan - pelan saja Mba’, kita lsayakan serentak ”, ucapku berbisik sembari kupelankan ayunan torpedoku.

Pada Akhirnya yang kuinginkan terjadi, urat-urat syarafku menegang, kejantananku makin mengeras. Lalu sekuat tenaga saya mendorong pinggulku berulang-ulang dengan cepat.

“ Ouhhhh... Ssss... Aghhh… ”, Desah Mba’ Rika.

Kepalanya tersentak-sentak karena dorongan kejantananku,

“ Lepaskan... lepaskan... Mba’, sekarang !!! suarsaya mengiringi desahan Mba’ Rika.

Sketika itu Mba’ Rika-pun menuruti saranku, diapun akhirnya melepaskan klimaksnya,

“ Ouhhhhhhhhhh... Ssss... Aghhhhh... … ”, desah Mba’ Rika.

suara berat menandakan ejakulasiku, mengiringi klimaks Mba’ Rika. Saat itu saya-pun memeluk erat ketika dia mendapatkan ejakulasi-nya. Setelah permainan sexs itu, masih dalam keadaan bugil saya terkapar di samping Mba’ Rika yang juga telanjang. Mba’ Rika memelukku dan mencium pipiku berkali-kali sembari membisikkan sesuatu ke telingsaya.

“ Makasih ya Rom, saya puas sekali dengan permainan sexsmu… ”, bisik Mba’ Rika puas kepada saya.

Saat itu Mba’ Rika saya lihat senang, kemudian dia memeluk tubuhku dengan erat, sembari menyandarkan kepalanya di atas dadsaya. Dalam hatiku saya merasakan senang, gembira, tapi juga sedih. Saya sedih dan menyesal melsayakan ini dengan Mba’ Rika, saya takut dia tidak akan pernah lagi mencapai klimaks selain dengan diriku, ini berarti saya menyengsarakan Mba’ Rika.